Medan, MNEWS.co.id – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat di Kota Medan, sangat berimbas pada pelaku usaha UMKM. Karena omzet penjualan mengalami penurunan drastis selama pandemi COVID-19.
Pelaku usaha kuliner di Kota Medan, selama PPKM Darurat tidak diperbolehkan melayani pembeli untuk makan di tempat dan harus dibawa pulang. Hal ini membuat penjualan menurun hingga tidak ada pembeli.
Hal itu dirasakan pelaku usaha Coffee Shop di Kota Medan. Karena, orang menikmati kopi sambil nongkrong dan bercerita bersama teman-teman. Tapi, selama PPKM Darurat di Kota Medan tidak diperbolehkan dan melanggar peraturan yang ditetapkan.
Terdapat 11 pelaku usaha Coffee Shop di Kota Medan, memutar otak agar usahanya tidak bangkrut dan tetap jalan. Mereka langsung jemput bola dengan memasarkan kopi hasil produksinya ke jalan-jalan dengan sasaran pengguna jalan.
Mereka menjajakan jualannya di kawasan jalan Lapangan Merdeka, Kota Medan, Sabtu (17/7/21). Dengan menggunakan poster berbagai tulisan, para pelaku usaha Coffee Shop ini berjualan sembari menarik perhatian masyarakat sekitar yang melintas.
Dengan membawa kertas bertuliskan ‘pak, ibu tolong kami para penjual kopi mumet, kopi itu nikmatnya sambil nongkrong dan ngobrol’. Tak hanya itu, beberapa poster lainnya seperti ‘kami merindukan suara pesanan’, sebut dalam tulisan di poster warna putih itu.
Salah satu pelaku usaha, Rasyid menjelaskan cara ini mereka tempuh semata-mata untuk menyambung hidup. Karena bila tidak dilakukan akan terancam usaha bangkrut. “Kami yang terdiri dari 11 Coffee Shop di Kota Medan, melakukan aksi jemput bola, atau membawa dagangan langsung untuk dibeli masyarakat,” ucap Raysid dikutip dari IDN Times Sumut.
Rasyid menjelaskan mereka mengikuti arahan dan peraturan PPKM Darurat di Kota Medan. Tapi usaha mereka diambang ke bangkrutan. Sehingga mencari solusi, agar usaha mereka tetap berjalan dengan kondisi penghasilan terus menurun atau pembeli sunyi.
Disebabkan PPKM Darurat Kota Medan tidak memperkenankan pesan makan minum di tempat, ini menjadi dampak bagi mereka para pegiat kopi. “Di mana kalau minum kopi itu enaknya sambil nongkrong dan bercerita,” tutur Rasyid.
Ia menambahkan penjualan jemput bola ini, baru laku sekitar 30 persen. Namun, Ia tetap optimis. Karena demi menyambung hidup usaha Coffee Shop harus tetap dilakukan. “Pengaruhnya besar sekali. Kalau tidak begini kami tidak makan. Hari ini dagangan baru laku 30 persen,” kata Rasyid.
Rasyid berharap kondisi ini cepat berlalu. Mereka mengharapkan perhatian dari pemerintah agar tak mengalami kebangkrutan dengan tujuan tidak akan menambah jumlah pengangguran lagi.