BEKRAF didukung oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) memperkuat subsektor perfilman melalui perhelatan Indonesia Film Financing Forum terbesar, AKATARA. (foto: BEKRAF)
BEKRAF didukung oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) memperkuat subsektor perfilman melalui perhelatan Indonesia Film Financing Forum terbesar, AKATARA. (foto: BEKRAF)

Jakarta, MNews.co.id – Mendorong investasi perfilman yang positif merupakan salah satu upaya dalam menciptakan ekosistem perfiman nasional yang kuat. Potensi film Indonesia dalam menjadi tuan rumah di negeri sendiri salah satunya dapat terlihat dari iklim investasi yang dibangun. Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) didukung oleh Badan Perfilman Indonesia (BPI) memperkuat subsektor perfilman ini melalui perhelatan Indonesia Film Financing Forum terbesar, AKATARA sejak 2017. Menciptakan akses permodalan dan mendorong film entrepreneurship menjadi latar belakang pelaksanaan AKATARA 2018 pada 18-20 September 2018 di Jakarta Theater XXI, Sarinah, Jakarta. 

Pada pelaksanaannya di tahun kedua ini, AKATARA 2018 mengalami peningkatan luar biasa. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya menerima proposal produksi film, di tahun ini AKATARA juga menerima proposal non produksi untuk mendorong kewirausahaan perfilman lebih berkembang. Terhitung sekitar 343 proposal perfilman yang masuk ke panitia. Jumlah ini artinya mengalami kenaikan sekitar 300% dari tahun lalu yang hanya 90-an proposal. Proposal yang masuk tahun ini terdiri dari sekitar 281 proposal produksi film dan 62 proposal non produksi. Dari 343 proposal  tersebut kemudian dikurasi dan diseleksi menjadi 53 karya (48 produksi film dan 8 proposal non produksi film) ditambah 4 project untuk Torino Lab, sehingga total menjadi 57 proposal. Sementara yang memperoleh kesempatan presentasi di hadapan investor nasional dan internasional di panggung utama berjumlah sebanyak 15 proyek film.

AKATARA 2018 menghadirkan lebih beragam kegiatan perfilman. Kegiatan yang berlangsung terbagi dalam dua lokasi yaitu di dalam dan di luar ballroom Jakarta Theater. Untuk kegiatan di dalam ballroom terdi ridari pitching forum film terpilih, presentasi investor perfilman, speed dating antara peserta dengan investor dan serial diskusi perfilman. Sementara di luar ballroom akan ada puluhan booth dengan eksibitor dari proposal non produksi yang terseleksi diantaranya dari ; studio audio/musik, studio paska produksi, sekolah/kursus film, bioskop, program festival, kurasi film, dan lain sebagainya.

Selain jumlah karya yang bertambah, AKATARA 2018 juga semakin diminati oleh investor nasional dan mancanegara. Para investor yang hadir berasal dari bidang media & entertainment, angel investors, Brand Managers/Directors, Filantrofi, Local Buyer, Pemerintah Pusat & Pemerintah Daerah yang tertarik mengembangkan perfilman dan sebagainya. Beberapa nama besar dari investor internasional antara lain Torino Film Lab, Ideosource, Iflix, SAAVA International co-production, Asian Animation Summit dan VIDDSEE.

“Bekraf sangat mendorong penciptaan iklim investasi perfilman yang positif. Kami yakin industri film dapat memberikan multiplier effect kepada sub sektor perekonomian lainnya di tanah air,” ungkap Kepala Bekraf, Triawan Munaf. 

Inisiasi di bidang permodalan sendiri sangat dimungkinkan setelah pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 44 tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal ditandatangani Presiden Joko Widodo pada 12 Mei 2016. “Film merupakan salah satu subsektor ekonomi yang paling progresif perkembangannya sejak dicabut dalam Daftar Negatif Investasi,” tambah Triawan.

BEKRAF sendiri telah melakukan upaya pengumpulan modal untuk berinvestasi di subsektor film seperti Reksadana penyertaan terbatas serta bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Bekerja sama dengan BKPM, BEKRAF mempromosikan berbagai peluang investasi industri perfilman mengusung enam aspek yaitu: InvestmentLocationFilm Project, Intellectual Property (IP), Film, dan Festival.

Pada AKATARA 2018, Pusat Pengembangan Film (Pusbang Film) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan memberikan hibah berupa grants untuk produksi film pendek yang melibatkan Balai Pustaka. Balai Pustaka sendiri bersama PFN akan hadir untuk membahas aset sastra Indonesia yang sebagian besar juga merupakan hak kekayaan intelektual untuk dikembangkan lebih jauh oleh insan perfilman tanah air.

Ketua BPI, Chand Parwez menyatakan “Investasi di bidang perfilman harus diperhatikan serius dan berkelanjutan. Akses pemodalan menjadi salah satu isu utama yang disuarakan pelaku perfilman Indonesia. Isu ini menjadi sangat penting karena menjadi mata rantai tumbuh kembangnya sektor perfilman tanah air. AKATARA merupakan fasilitator yang memiliki peran penting untuk ini”.

Dalam penyelenggaraannya selama tiga hari, AKATARA 2018 juga memutar 2 film yaitu Marlina Si Pembunuh Dalam 4 Babak dan Satu Jiwa Untuk Indonesia: Darah Biru Arema. Marlina Si Pembunuh Dalam 4 Babak yang disutradarai oleh Mouly Surya merupakan contoh film hasil dari co-production dengan pihak luar negeri. Sementara Satu Jiwa Untuk Indonesia: Darah Biru Arema merupakan contoh film yang berhasil diproduksi setelah ikut AKATARA 2017.  

Untuk proposal produksi film, AKATARA memfasilitasi berbagai genre film, baik film pendek maupun film panjang. Sebagai acara puncak, AKATARA 2018 akan mengumumkan hasil dukungan terhadap proyek terpilih dari total 55 karya film yang sudah melakukan pitching forum danspeed dating. Bentuk dukungan ini merupakan komitmen awal dari investor untuk proyek film terpilih agar diproduksi sesuai kesepakatan yang diputuskan kedua belah pihak, investor dan pembuat film.