Jakarta, MNEWS.co.id – Karya seni koleksi Istana Negara yang tengah dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, memang menggambarkan corak rupa yang beragam. Jelang HUT Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2018 mendatang, keberagaman karya seni rupa yang bersemayam di Istana Negara bisa disaksikan secara langsung.
Mulai dari lukisan legendaris karya Raden Saleh, “Pertarungan dengan Singa” tahun 1870, lukisan “Memanah” karya Henk Ngantung, arsip-arsip bersejarah, dan masih banyak lagi, seakan mengantar pengunjung untuk menyimak napak tilas kisah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan hingga era pasca kemerdekaan.
Rupanya, dahulu Presiden Sukarno atau Bung Besar tidak secara sembarangan memilih lukisan-lukisan untuk dipajang di Istana Negara. Ada benang merah yang serupa, yakni guratan semangat dalam keberagaman karya seni tersebut.
Misalnya, kenapa Bung Karno sangat suka dengan tema ‘memanah’ mulai dari lukisan memanah hingga figur patung yang sedang memanah karya seniman Hungaria, Zsigmond Kisfaludi Strobl. Menurut kurator pameran, Watie Moerany, panah diyakini Bung Karno sebagai senjata yang melambangkan ksatriaan.
“Bung Karno suka dengan panah karena dianggap senjata dari timur, yang melambangkan ksatriaan,” ujar kurator Watie Moerany, saat Press Tour Pameran Indonesia Semangat Dunia, di Galeri Nasional, Jakarta, pada (3/8/18).
Kecintaan Bung Karno terhadap seni rupa dan keinginannya untuk menunjukkan identitas bangsa melalui seni tersebut juga tercermin saat Asian Games 1962. Menyambut Asian Games, Edhi Soenarso merupakan seniman muda yang menerima tantangan Presiden Sukarno untuk membangun patung perunggu dalam skala monumental.
Diawali dengan pembangunan Patung Selamat Datang sebagai ikon kota menyambut Asian Games 1962, Edhi Soenarso membangun 3 patung penanda kota Jakarta yang kita kenal hingga hari ini, yakni Patung Selamat Datang, Patung Pembebasan Irian Barat, dan Patung Dirgantara.
Amir Sidharta, kurator pameran Indonesia Semangat Dunia, juga meyakini bahwa perhelatan olah seni kali ini sejalan dengan tema perjuangan kemerdekaan. Karena perjuangan kemerdekaan Indonesia sangat erat kaitannya dengan keberagaman. Tiap koleksi berbicara, meski tidak selalu terlihat patriotik. Misalnya lukisan karya Basuki Abdullah yang kental dengan unsur mooi indie.
“Perjuangan kemerdekaan tidak terlepas dari keberagaman. Unsur yang ditampilkan dalam serangkaian karya tidak hanya patriotisme prajurit, tetapi juga perjuangan masyarakat,” jelas Amir Sidharta.
Dalam mempersiapkan pameran Indonesia Semangat Dunia, para kurator dan tim riset meneliti informasi latar belakang sejarah setiap karya yang akan dipamerkan, dengan mencari berbagai materi arsip yang ada pada keluarga para perupa, di museum-museum, perpustakaan, dan media massa Indonesia dan berbagai negara.
Pengunjung bisa menyimak secara langsung bagaimana benang merah karya-karya perupa Indonesia dan mancanegara yang tersimpan sekian lama di Istana Negara ini dari 3 Agustus hingga 31 Agustus 2018 nanti di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Gambir, Jakarta Pusat. Beragam makna, satu semangat; guratan semangat keberagaman.