Jakarta, MNEWS.co.id – Pameran buku Indonesia International Book Fair (IIBF) 2018 yang menghadirkan puluhan penerbit dari 17 negara dengan ratusan program untuk penerbit, penulis dan masyarakat umum ini siap menjadi market hub perbukuan internasional untuk para penerbit yang ingin melebarkan sayap bisnis dengan menyasar pangsa pasar global. Berlangsung sejak tanggal 12 hingga 16 September 2018, IIBF memiliki tagline “It’s a book fair” dengan tema “Creative Work Towards the Culture of Literacy”.
“Kami mendukung IIBF agar menjadi hub di Asia,” ujar Triawan. Ia mengatakan pameran seperti ini penting untuk menumbuhkan ekosistem penerbitan. Menurutnya, di penerbitan ada desainer, editor, dan lain-lain, yang sangat bermanfaat bagi para penulis. “Jika ekosistem ini terhambat tidak bisa mendukung para penulis,” ucapnya. Triawan melanjutkan, pemerintah Indonesia bertekad untuk terus memfasilitasi semaksimal mungkin perkembangan dunia perbukuan Indonesia agar kualitas sebagai bangsa meningkat dan bahkan mampu berkontribusi bagi peningkatan kualitas bangsa-bangsa lain di dunia. “Kami percaya bahwa negara dan bangsa yang berkualitas dengan dipercepat oleh pemerintah akan dapat menjalankan program-program pembangunan,” katanya.
Menurut Ketua Umum Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) Rosidayati Rozalina, IIBF memiliki potensi besar untuk menjadi hub pameran buku yang diperhitungkan di kawasan Asia karena Indonesia memiliki keunggulan dan kekayaan kreativitas yang luar biasa. Bahan baku konten yang tidak ada habis-habisnya untuk dikembangkan yang berbeda dengan negara-negara lain. Para pelaku kreatif yang sangat banyak yang bisa mewarnai dan menginspirasi dunia. Kenyataan bahwa Indonesia adalah pasar yang besar karena banyaknya jumlah penduduk. “Tentunya ini menarik bagi para penerbit asing datang ke negara kita untuk datang bertransaksi, baik menjual maupun membeli hak cipta. Tahun ini kami targetkan 45 hak cipta bisa terjadi penjualan,” tambahnya.
Lebih lanjut Ida menyampaikan, peran pemerintah sangatlah penting untuk mendukung kesuksesan pameran ini, “tantangan besar yang dihadapi IKAPI dalam menghadirkan guest of honor untuk IIBF adalah prosedur yang panjang dan membutuhkan kolaborasi serta dukungan dari pemerintah Indonesia. Karena kehadiran guest of honor melibatkan negara atau pemerintah setempat, kepastian dukungan pemerintah yang berkesinambungan akan sangat berarti dan menentukan kemajuan IIBF ke depan,” ungkapnya. Ia menjelaskan, dulu tujuan IKAPI menyelenggarakan pameran buku pada awalnya adalah untuk memberikan informasi buku-buku terbaru kepada masyarakat, sejalan dengan upaya peningkatan minat baca masyarakat, dan kepentingan para penerbit dalam berpromosi. Namun, seiring waktu target itu berubah menjadi hub transaksi hak cipta yang diperhitungkan di Asia, “sekaligus ajang promosi dan penjualan tidak hanya bagi industri penerbitan tapi juga subsektor industri kreatif lainnya serta diperkaya dengan program budaya dan pendidikan,” jelasnya.