MNEWS.co.id, Jakarta – Pekerjaan sebagai konsultan travel atau travel consultant sempat meredup kala pandemi Covid-19 melanda Indonesia, namun seiring bisnis pariwisata yang kembali bangkit pascapandemi, profesi satu ini bisa kembali dibilang cukup menjanjikan.
Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 8hinnekarasa yang juga berprofesi sebagai konsultan travel, Siska Oktaviani menuturkan, menjadi konsultan travel memiliki suka duka tersendiri.
Wanita lulusan D2 Management Perhotelan yang sedang melanjutkan S1 Entrepreneurship ini mengakui minatnya menjalani pekerjaan sebagai konsultan travel dimulai dengan berbekal passion.
“Aku sebagai pelaku dan penggerak di bidang pariwisata secara individu tergerak ingin sharing lebih dari bidang yang aku gendrungi ini,” ujarnya kepada MNews baru-baru ini di Jakarta, dikutip Selasa, (18/4/2023).
Kebanyakan dari klien yang konsultasi kepadanya untuk eksplorasi wilayah pariwisata di Indonesia bermuara di pulau Sumatra, Jawa dan Daerah Bali, NTB hingga NTT. Cara kerjanya melalui personal branding di komunitas dengan mematok harga Rp100 ribu hingga Rp200 ribu untuk konsultasi selama sepekan.
Nantinya, jika klien cocok dengan destinasi hingga biaya yang diajukan, Siska akan mematok daily fee selama perjalanan tersebut yang sudah termasuk dengan akomodas dan makan yang dikemas dalam paket wisata.
Uniknya, konsultan travel dapat memberikan rekomendasi aktivitas pariwisata apa saja yang menarik dan jarang dilakukan. Semua menyesuaikan dengan preferensi masing-masing pelancong dan juga anggaran yang dimiliki.
Lebih lanjut, konsultan travel yang juga memiliki produk kuliner rendang dengan jenama Randang One ini memaparkan, peluang bisnis di industri pariwisata Indonesia pascapandemi cukup luas.
Menurutnya, objek pariwisata tidak hanya wisata alam. Ada pula wisata lainnya yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan, seperti wisata sejarah, wisata kuliner, wisata perkebunan, hingga wisata musik.
“Beberapa rekan dari Institut Seni Indonesia Padang Panjang sempat mengadakan event musik di kota Pariaman, hal ini saya nilai sebagai bentuk kepedulian anak muda dan masyarakat lokal terhadap budaya yang ada sehingga mendatangkan massa dan daerah tersebut juga makin dikenal,” imbuh Siska.
Contoh lainnya, wisata perkebunan jambu biji merah yang juga menarik perhatian masyarakat maupun wisatawan dengan memperkenalkan potensi alam yang belum banyak diketahui.
Ada banyak jalan meningkatkan potensi bisnis pariwisata, dengan catatan sejumlah aspek perlu ditingkatkan. Siska mengungkapkan, kesiapan masyarakat di wilayah pariwisata juga perlu diperhatikan. Apakah wawasan masyarakat sudah memadai, dan sudah siap menerima daerahnya sebagai lokasi wisata?
“Jangan ketika, katakanlah alamnya sudah mapan, eh masyarakatnya tidak siap dengan risiko ketika suatu daerah beroperasi sebagai objek wisata,” ungkapnya.
Melihat dinamika industri pariwisata saat ini, berkiprah menjadi konsultan travel dinilai cukup potensial. Siska berpesan bagi para pelaku usaha yang ingin memulai bisnis pariwisata untuk memikirkan matang-matang segala aspek terkait pariwisata agar dapat terus berkelanjutan.