Jakarta, MNEWS.co.id – Mungkin belum banyak orang yang tahu bahwa public affairs adalah salah satu istilah yang tak kalah penting dari public relations. Tak semata-mata menjaga nama baik perusahaan, peranan public affairs juga penting untuk mengurus permasalahan internal, sampai eksternal yang terkait dengan pihak yang memiliki kepentingan tertentu dengan perusahaan.
Pandemi Covid-19 telah mengubah lanskap dunia sehingga berdampak signifikan dalam perkembangan dunia public affairs. Praktisi public affairs dituntut terus beradaptasi atas dinamika perubahan global yang begitu cepat. Interaksi dan membina hubungan bersama pemangku kepentingan (stakeholders) sebagai bagian penting dalam organisasi mau tidak mau ikut berubah.
Dalam webinar Public Affairs Forum Indonesia dengan membahas topik “Stakeholder Engagement in the New Era” yang dihadiri para profesional di bidang terkait public affairs, terungkap bahwa keterlibatan pemangku kepentingan memiliki tantangan tersendiri bagi setiap perusahaan di Era Baru karena banyak hal yang harus disesuaikan agar tercipta efektivitas dan pengaruh yang berdampak positif, mulai dari penyusunan strategi, perencanaan, hingga pemilihan channel yang tepat untuk proses eksekusinya.
Selain itu, kewajiban untuk memiliki “New Mindset” bagi para pemangku kepentingan diharapkan dapat mendukung proses adaptasi di era baru, sehingga dapat berguna tidak hanya dalam menghadapi suatu isu atau krisis, tapi juga untuk memaksimalkan kapasitas perusahaan terutama dalam hal interaksi sesama pemangku kepentingan.
Agung Laksamana, Ketua Public Affairs Forum Indonesia dan Executive Vice President di Freeport Indonesia, menyampaikan jika public affairs harus memiliki pola pikir baru dalam konteks stakeholder relationships dan engagement di era baru ini.
Divisi Public Affairs harus sejak awal terlibat dalam proses bisnis organisasi baik strategy, planning, execution. “Jadi tidak semata stakeholders engagement atau ketika organisasi sedang ditimpa issues atau krisis saja!” ujarnya.
Ia menambahkan, kompetensi public affairs pun harus bisa memaksimalkan platform digital untuk engaging stakeholders, karena kebiasaan para stakeholders juga sudah berubah.
Di sisi lain, Nyimas Fauziah Rikani, Senior Manager Komunikasi SKK Migas, menambahkan, bahwa kemampuan dan kemauan untuk mau mendengarkan harapan stakeholder juga merupakan hal yang penting dan perlu dilakukan praktisi public affairs dalam kesuksesan sebuah stakeholder engagement.
Dengan mendengarkan, praktisi public affairs bisa membuat key message yang disesuaikan (customize) dengan apa yang menjadi keinginan dan fokus perhatian dari para stakeholder.
Dalam diskusi yang sama, Melanie Masriel, Chief of Corporate Affairs, Engagement & Sustainability L’Oréal menambahkan, sebagai korporasi kita harus memiliki data analisis yang kuat terkait apa yang dibicarakan atau dipikirkan oleh stakeholder, karena dengan begitu praktisi public affairs bisa menggunakan channel yang tepat untuk bisa engage dengan mereka.
“Hanya ketika kita bisa mendengarkan dengan seksama, maka kita bisa engage dengan audiens kita”, ujarnya.
Turut hadir dalam diskusi ini, Arif Zulkifli, Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk (TEMPO) yang memberikan pandangan tentang pentingnya memberikan informasi dengan mengutamakan transparansi untuk membangun kepercayaan antar pemangku kepentingan.
Daniel Rembeth, selaku Advisor to the Senior Partner, Government Relations & Public Affairs PwC Indonesia menambahkan, agar praktisi terus beradaptasi dalam semua situasi dengan memanfaatkan channel digital untuk menyampaikan pesan kepada stakeholder dan tentunya pesan tersebut harus “being honest”.