Produk Kerajinan Bambu Cigadog. (Foto: Ayotasik.com)
Produk Kerajinan Bambu Cigadog. (Foto: Ayotasik.com)

Tasikmalaya, MNEWS.co.id –  Salah satu daerah di Kabupaten Tasikmalaya, yakni Rajapolah, masih menjadi sentra kerajinan dari bahan ramah lingkungan seperti bambu. Hasil kerajinan itu dikirim dari berbagai daerah di Tasik, salah satunya dari Desa Cigadog, Kecamatan Leuwisari.

Desa Cigadog sejak zaman kolonial Belanda dikenal sebagai tempat kerajinan tangan, terutama berbahan dasar bambu, mulai dari pipiti, keranjang cucian, sangkar burung, tampir, aseupan, boks hantaran, dan produk kerajinan bambu lainnya.

Aktivitas kerajinan tangan warga Cigadog dimulai sekira tahun 1940-an. Hal itu bermula dari pemanfaatan pohon bambu yang melimpah di Desa Cigadog.

“Awalnya hanya untuk mengisi waktu luang dan memenuhi perkakas di rumah. Misal butuh pipiti atau tampir, membuat sendiri untuk dipakai keperluan sendiri,“ kata Dadan Taryana, salah seorang tokoh masyarakat Cigadog.

Seiring berjalannya waktu, warga melihat adanya potensi ekonomi dalam kerajinan bambu tersebut. Warga pun membuat kerajinan dalam jumlah banyak dan dipasarkan ke desa tetangga dengan cara dipikul.

“Kalau dulu awalnya dipikul, dari kampung ke kampung dari desa ke desa,“ katanya.

Saat ini, selain dipasarkan di sentra Kerajinan Rajapolah, hasil kerajinan tangan berbahan bambu hasil warga Cigadog juga dipasarkan ke berbagai daerah seperti Bandung, Garut, dan Jakarta.

“Seperti kemarin waktu Iduladha, ada pesanan pipiti yang mencapai ribuan pasang dari wilayah Bandung dan Pangandaran. Sebagian besar memang dipasok dari sini,“ paparnya.

Nasah yang merupakan salah satu perajin kerajinan bambu menuturkan, serbuan produk serupa yang berbahan plastik membuat kerajinan tangan berbahan bambu di Cigadog sempat ketar-ketir. Berkurangnya konsumen menjadi penyebab banyaknya perajin gulung tikar karena kehilangan pasar.

“Karena memilih yang berbahan plastik, jadi perajin sempat ada yang bangkrut. Yang ada juga bertahan sambil usaha lain. Usaha kerajinan sekarang tidak bisa jadi andalan ekonomi, kebanyakan juga yang usaha lain merantau ke luar kota,“ ujarnya.