Peresmian Edu Ekologi Wisata Bahari di Kepri. Foto: Kemenkop.
Peresmian Edu Ekologi Wisata Bahari di Kepri. Foto: Kemenkop.

Bintan, MNEWS.co.id — UKM berbasis bioteknologi kelautan dan perikanan mulai dikembangkan di Kampong Edu Ekologi Teripang Mas Kepulauan Riau (Kepri) dengan memberdayakan Koperasi Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan (AIMK) sebagai penyuplai bahan baku.

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan UKM Victoria br Simanungkalit di Bintan, Senin (29/4/2019) mengatakan geliat pertumbuhan industri berbasis ekstraksi produk kelautan mulai berkembang di Kepri.

“Ini juga memperkuat pemberdayaan masyarakat sekitar melalui Koperasi Asosiasi Industri Makanan dan Kerajinan (AIMK) yang menyuplai bahan baku ke perusahaan,” katanya.

Victoria mengapresiasi inovasi yang dikembangkan oleh Koperasi Aimk Bintan melalui PT. Aimk Bintan. Ia mengharapkan inovasi seperti ini dapat dikembangkan dan diimplementasikan di daerah lain di indonesia.

“Kami juga memahami bahwa ini perlu kebijakan afirmatif pemerintah khususnya kepada standarisasi dalam hal food security yg berbiaya besar untuk difasilitasi oleh pemerintah,” katanya.

PT. Kimia Farma dalam kerja samanya dengan PT Aruna Industri Bintan memasarkan produk turunan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) dengan merk Forayya dan sebagainya, yang dirintis sebagai produk dengan kandungan sumber protein ikan.

Kedua perusahaan ini mendukung program prioritas nasional dalam pencegahan stunting. Istimewanya, produk ini berbahan baku lokal dan merupakan alternatif protein berbahan baku ikan, selain protein susu, kedelai, dan kacang hijau. HPI dinilai sebagai hasil bioteknologi yang yang sangat cocok dikembangkan di Indonesia sebagai negara maritim.

Kawasan Kepri mulai bertansformasi menjadi salah satu alternatif destinasi wisata bahari yang memiliki daya saing pada pemanfaatan keunggulan produk berbasis kelautan dan perikanan yang ditawarkan melalui paket wisata tematik. Tawaran wisata tematik antara lain melalui BeKarang, Melamun, Sea Cucumber Collagen Factory, Longdrip Café, Klat, dan Art Bar Soap.

Selain memanjakan pengunjung dengan wisata alam berupa kunjungan ke area pembesaran dan penangkapan teripang, kunjungan pabrik pengolahan teripang menjadi kolagen, pengunjung juga mendapatkan layanan spa serta kuliner dan oleh-oleh yang semuanya berbasis produk bioteknologi kelautan dan perikanan.

Dimulai dari produk olahan yang dihasilkan PT Aruna Industri Bintan dan Koperasi seperti Hidrolisat Protein Ikan (HPI) yang menghasilkan produk turunan seperti biskuit, mie sagu pandai, sereal, kolagen dari teripang dengan produk turunan kopi kolagen, kosmetik, minuman kesehatan dan sebagainya serta albumin dari ikan gabus, kawasan ini bertransformasi menjadi kawasan alternatif wisata bahari bagi Kepulauan Riau. Namun perlu dukungan seluruh pihak agar semakin baik dan komersial menyejahterakan masyarakat sekitar.

“Kami berharap MoU PT Aruna Industri Bintan dan PT. Kimia Farama ini dapat bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat dan menjadi ikon serta kebanggaan Kepulauan Riau dan Indonesia,” kata Gubernur Kepulauan Riau, Nurdin Basirun.

Nurdin juga berharap penandatangan MoU ini menjadi wadah penting dalam pembinaan masyarakat nelayan yang saling menguntungkan antara masyarakat dan pengusaha. Selain itu, Ia menyebutkan bahwa Kepulauan Riau (Kepri) adalah provinsi maritim dan bahari, sehingga segala potensi yang ada di Kepulauan Riau seperti potensi kelautan, perikanan, dan pariwisata dapat membangkitkan potensi maritim Indonesia.

Selain penandatangan MoU, Gubernur Kepulauan Riau juga sekaligus meresmikan Kawasan Edu Ekologi Wisata Bahari Kampong Teripang Mas serta Food Festival Berikan Hidrolisat Protein Ikan (HPI) untuk Cerdaskan Bangsa di Bintan bersama Direktur Utama PT. Aruna Industri Bintan dan perwakilan Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, serta Perwakilan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Prof Dr. Daniel Kameo mewakili Gubernur NTT, Pemerintah Kabupaten Sumba Timur dan Rote hadir di rangkaian kegiatan ini untuk melihat secara langsung pola pengembangan produk Hidrolisat Protein ikan, teripang, dan lainnya melalui pengembangan kawasan. Selain itu juga melihat peluang kerja sama pengembangan produk garam antara Pemerintah Provinsi Kepuluauan Riau dan NTT.

Kawasan Edu Ekologi Wisata Bahari Kampong Teripang Bintan dalam perkembangannya bekerja sama dengan masyarakat melalui Koperasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), Karangtaruna, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), Komunitas Lingkungan, dan Akademisi/Kampus yang secara resmi dituangkan pada MoU yang dilakukan pada rapat koordinasi Kemenko Maritim pada 26 April 2019 yang dipimpin oleh Deputi SDA dan Jasa Agung Kuswandono.

Kawasan ini dibangun untuk mengangkat rantai nilai inovasi produk kelautan dan perikanan menjadi bernilai tinggi, berdaya saing, dan bersama pemerintah daerah mewujudkan pemberdayaan masyarakat kemaritiman di Kepulauan Riau.

Pemerintah tengah mengagas rencana pembangunan lima tahun yang berbasis inovasi. Oleh karena itu, pemerintah menginginkan adanya sentra-sentra inovasi berbasis desa atau kampung.

“Sentra inovasi ini harus didukung oleh ekosistem industri dan semua terlibat kerja budaya dan ditambahkan porsi yang banyak untuk pengetahuan tradisi dan kearifan lokal. Kampong Teripang ini bisa menjadi showcase sentra inovasi yang akan bisa ditularkan ke tempat-tempat lain di Indonesia,” kata Tukul Rameyo.

Selain itu, sejumlah misi besar dalam kegiatan Inovasi yang telah dimulai di Edu Ekologi Kampong Teripang Bintan, ini adalah untuk dapat secara mandiri mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, nelayan sekaligus menyelesaikan secara bertahap angka gizi kurang dan stunting di Indonesia, khususnya di Kepulauan Riau.