Ilustrasi. (Foto: Pexels)
Ilustrasi. (Foto: Pexels)

Jakarta, MNEWS.co.id – Fenomena disrupsi (disruption) merupakan suatu situasi di mana terjadi pergerakan pada dunia industri dan mengalami perubahan yang begitu cepat dan juga fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru.

“Terus melakukan berinovasi atau tertinggal?”, mungkin kalimat tersebut cocok di era disrupsi saat ini tak terkecuali bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Namun untuk sektor UMKM, era ini justru tidak begitu mengkhawatirkan karena dapat membuka peluang besar bagi UMKM untuk naik kelas. 

Hal ini juga disampaikan oleh Irma Sustika selaku Founder Womanpreneur Community mengenai UMKM di Indonesia di era disrupsi. “Setiap hari ratusan produk UMKM lahir di Indonesia, tumbuhnya luar biasa dan matinya juga luar biasa. Maka dari itu Womanpreneur Community ingin mendorong para perempuan untuk membangun bisnis bukan hanya sekadar menjalankan bisnis,” ujar Irma saat ditemui di fX Sudirman di acara HU.B pada Sabtu (17/8/2019).

Hubertus Satrio Yudanto selaku Group Head Sampoerna Financial Group mengatakan bahwa untuk permasalahan manajemen keuangan bagi pelaku UMKM berdasarkan pengalaman dirinya adalah mindset.

“Misalkan saat pelaku UMKM datang ke lembaga finansial untuk meminta bantuan modal, itu tidak selalu gampang, karena kami melihat dulu bagaimana manajemen keuangan dari pelaku UMKM tersebut. Apakah dia memiliki visi dan juga misi yang jelas sehingga modal yang diberikan pun jelas dalam penggunaannya,” ujar Hubertus.

Dirinya menambahkan bahwa mindset antara penerima modal dan pemberi modal, misalkan untuk yang menerima modal mereka ingin dipercepat bahkan buru-buru padahal lembaga keuangan pun memiliki beberapa aturan yaitu proses screening dan interview. Selain itu juga saat meminjam modal para pelaku UMKM tidak boleh menggabungkan keuangan mereka antara bisnis dan pribadi, karena saat meminjam para pelaku UMKM harus mempresentasikan mengenai kondisi keuangan bisnisnya. “Setelah pelaku UMKM mempresentasikan keuangan mereka, kita akan langsung memberikan kesimpulan karena memang tidak akan langsung diberikan,” ujarnya.

Anggie Mokoginta Ketua Komunitas Sahabat UMKM Jakarta, mengungkapkan masih banyak Sahabat UMKM yang menggabungkan keuangan pribadi dengan bisnis, dan pihaknya hanya bisa mengingatkan bahwa keuangan bisnis nantinya akan berhubungan langsung dengan pajak serta para investor.

Anggie juga menambahkan bahwa salah satu solusi yang diberikan oleh Komunitas Sahabat UMKM adalah dengan edukasi, salah satunya melalui program Kelas Komunitas dengan para partner misalkan kasir online, maka para anggotanya pun selain belajar juga menggunakan aplikasi kasir online tersebut untuk mencatat transaksi keuangan mereka.

Sementara Riawan Tamin, Ketua Komunitas Tangan di Atas Jakarta Barat, menjelaskan bahwa dalam komunitas Tangan di Atas memiliki program yang dinamakan Kelompok Mentoring Bisnis (KMB) yaitu kelompok yang ada di daerah saling membantu dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kelompok lainnya.

Hubertus mengungkapkan bahwa dalam meminjam modal ada lembaga keuangan yang menggunakan jaminan dan ada juga yang tidak menggunakannya. “Kalau disini kita menggunakan jaminan agar peminjam modal bisa juga bertanggung jawab, karena kalau tanpa jaminan rasanya seperti tidak ada tanggung jawab,” ujarnya.