Wakil Direktur Komisi Film Ile de France (Perancis), Stephane Martinet (kanan) dalam acara Pelatihan Manajemen Komisi Film di Yogyakarta, Jumat (22/3/2019). Foto: Bekraf/Astuti Riviyastuti
Wakil Direktur Komisi Film Ile de France (Perancis), Stephane Martinet (kanan) dalam acara Pelatihan Manajemen Komisi Film di Yogyakarta, Jumat (22/3/2019). Foto: Bekraf/Astuti Riviyastuti

Yogyakarta, MNEWS.co.id – Keberadaan Komisi Film Daerah (KFD) dinilai sangat penting untuk mengenalkan dan menarik film maker memilih suatu daerah menjadi lokasi syuting film. Semakin sering suatu wilayah menjadi lokasi syuting film akan semakin mendorong perekonomian daerah.

Wakil Direktur Komisi Film Ile De France (Perancis), Stephane Martinet menyampaikan, pengurus KFD dituntut untuk mampu mengomunikasikan keunggulan daerah kepada produser dan keuntungan yang diperoleh kepada pemerintah daerah masing-masing. KFD harus meyakinkan pentingnya komisi film kepada pemerintah daerah dan pusat. Pada saat yang sama, KFD juga harus meyakinkan film maker atau produser untuk menjadikan suatu daerah sebagai lokasi syuting film.

Menurut Stephane, pengurus KFD harus meyakinkan pemerintah daerah untuk berinvestasi di bidang film, berupa keringanan pajak atau kemudahan perizinan. Bila perlu, Pemda bisa memberi dana insentif kepada film maker. Ile De France misalnya, selama ini memberikan insentif EUR 400.000 – EUR 700.000 untuk syuting film yang dilakukan lebih dari lima hari di Perancis.

“Riset membuktikan, setiap US$ 1 yang diinvestasikan dalam film akan memberikan pemasukan kepada daerah US$ 4 – US$ 6,” kata Stephane saat Pelatihan Manajemen Komisi Film Bersama Ile De France Film Commission di Yogyakarta pada Jumat (22/3/2019).

Selama proses syuting berlangsung, hotel, restoran, katering, dan persewaan alat mendapat order. Tenaga kerja lokal pun terserap. Oleh karena itu, film dinilai sangat menguntungkan untuk meningkatkan pendapatan daerah.

Selain itu, KFD juga harus mengedukasi dan meyakinkan masyarakat agar tidak resisten ketika produser dan kru film datang ke daerah mereka. Meski tema film ‘’berkonotasi negatif’’, produksi film tetap berdampak positif terhadap daerah. “Film merupakan salah satu sarana promosi wilayah. Apapun tema yang diangkat produser, positif atau negatif, selalu berdampak positif bagi daerah. Gambar pemandangan yang bagus di film akan menarik minat orang untuk berkunjung,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi), Fauzan Zidni mengharapkan KFD dapat menjadi pusat informasi untuk membantu proses produksi film di suatu daerah. “KFD harus bisa berfungsi seperti BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) untuk menarik produser film datang. Film Laskar Pelangi telah menghidupkan Belitung,” kata dia.

Direktur Hubungan Antarlembaga Luar Negeri Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), K. Candra Negara menyampaikan bahwa pelatihan yang dilaksanakan selama tiga hari, yakni Jumat-Minggu (22-24/3/2019) ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas SDM daerah dalam memfasilitasi pembuatan film. Apalagi tahun ini pemerintah fokus untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

“Harapannya melalui kegiatan ini, pengurus KFD memahami cara mengelola komisi film sehingga dapat mengembangkan daerah masing-masing dan memicu munculnya Belitung-Belitung baru di Indonesia,” pungkasnya.