Kerajinan batu batu fosil di Kabupaten Lebak, Banten, menembus pasar mancanegara. (Foto : Antaranews)
Kerajinan batu batu fosil di Kabupaten Lebak, Banten, menembus pasar mancanegara. (Foto : Antaranews)

Banten, MNEWS.co.id – Kerajinan batu fosil di Kabupaten Lebak, Banten, berhasil menembus pasar mancanegara seperti Jepang, Korea Selatan, Jerman, Italia, hingga Amerika Serikat. Produk kerajinan batu fosil itu kebanyakan permintaan pasar luar negeri berupa kursi, meja, asbak rokok, miniatur Banten, suvenir, dan patung. Produk kerajinan batu seni itu memiliki keunikan dibandingkan dari bahan bambu maupun kayu.

“Kami sepanjang Oktober 2019 menerima permintaan ekspor antara 30-50 produk kerajinan batu fosil itu,” kata Mulyanto, salah seorang perajin di Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Jumat (4/10/19).

Begitu juga Usman, salah satu perajin batu fosil warga Cidengdong, Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak, mengaku pihaknya saat ini banyak menerima pesanan dari luar negeri jenis kursi dan meja dengan harga Rp8.000 sampai Rp25.000/Kg. Produk batu alam tersebut berasal dari akar pohon, banyak diminati pasar domestik maupun mancanegara. Bahkan, dirinya saat ini banyak menerima pesanan dari Bali. “Kami terus meningkatkan produksi karena permintaan pasar relatif tinggi,” ujarnya.

Sebelumnya sistem pemasaran yang dilakukan, yaitu menjual langsung ke luar negeri melalui jasa agen di Jakarta, namun saat ini para pembeli langsung datang sendiri ke lokasi perajin. Sebab jika mereka datang secara langsung, tentu akan merasa lebih puas karena sesuai dengan keinginan mereka.

Para pembeli produk batu fosil itu di antaranya ada yang langsung datang ke lokasi kerajinan batu seni juga ada yang ditampung oleh kolektor dari Jakarta, Bali dan Bandung. Produk kerajinan batu seni asal Lebak itu memiliki keunikan dibandingkan dari bahan bambu maupun kayu-kayuan.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak Dedi Rahmat mengatakan pihaknya mendorong kerajinan batu fosil di 16 unit tersebar di Kecamatan Sajira, Rangkasbitung, Cimarga, Maja, Cipanas dan Curugbitung. Daerah-daerah tersebut sebagai sentra produk batu fosil karena bahan bakunya banyak ditemukan di hutan maupun sungai. Warga setiap hari menjualnya ke sejumlah perajin dengan kisaran antara Rp5.000 hingga Rp10.000 per kilogram. “Kami selalu mempromosikan produk kerajinan batu fosil itu,” ungkapnya.