Salah satu produk tas rotan Ethnic Belanyat Wai. (Foto: Instagram/belanyatwai)
Salah satu produk tas rotan Ethnic Belanyat Wai. (Foto: Instagram/belanyatwai)

Jakarta, MNEWS.co.id – Hasil rotan yang melimpah yang ada di Kalimantan, membuat Abdul Haris mencari peluang untuk mendapatkan uang. Rotan tersebut digunakan untuk membuat berbagai macam aksesoris yang apik.

Haris merupakan pemilik Ethnic Belanyat Wai, menjelaskan bahwa pemilihan rotan juga menjadi salah satu cara untuk mengangkat kerajinan khas Kalimantan Utara. Penghasilan yang didapatkan rata-rata per bulan omzet yaitu sekitar Rp 30 juta jika penjualan sedang sepi.

“Jadi masyarakat di sana adalah petani. Kemudian sambil menunggu panen mereka menjadi perajin rotan dan dikirim ke kami. Jika sedang ramai dan banyak tamu datang ke Kalimantan Utara, bisa sampai Rp50 juta. Karena mereka biasanya borong oleh-oleh khas daerah,” katanya.

Haris memaparkan setiap satu jenis atau motif hanya dibuat maksimal 6 buah, sehingga produk tas atau dompet rotan ini adalah edisi terbatas. Harga tas dibanderol mulai dari Rp500.000 sampai Rp1,5 juta. Ini di sesuaikan dengan motif dan tingkat kesulitan tas rotan itu sendiri. Namun, jika ada pelanggan yang ingin memesan secara custom, maka pihaknya bersedia untuk membuatkannya kembali.

“Kami juga selalu memperhatikan tren yang sedang berlangsung, kami ingin mengikuti pasar maunya seperti apa supaya kami tidak terjebak di motif dan model jadul jadi bisa juga digunakan oleh anak muda,” tambahnya.

Menurutnya, kebanyakan anak muda di Kalimantan tidak mau menggunakan tas berbahan dasar rotan dengan alasan model yang kurang cantik dan terkesan tua. “Anak muda biasanya tidak mau pakai tas rotan, alasannya tidak modis. Tapi saya berusaha membuat tas-tas ini se-modis mungkin supaya ABG mau pakai,” ungkap Haris.

Haris menceritakan bisnis tas rotan ini dimulai sejak 2014 dan sudah ada sekitar ribuan tas yang diproduksinya. Sebelum membuat kerajinan ini, dia bekerja di  sebuah percetakan, namun karena kondisi ekonomi yang tidak menentu maka perusahaannya tutup dan akhirnya dia memilih rotan menjadi usaha barunya.

Kepala Daerah di Kalimantan Utara sangat mendukung usaha kerajinan rotan, Haris mencontohkan di mana pegawai negeri sipil (PNS) yang menggunakan tas rotan dan batik khas Malinau. “Jadi harus khas Malinau, tidak boleh dari luar. Ini jadi salah satu bentuk dukungan untuk perajin seperti kami,” ujarnya.