Ilustrasi. (Foto: Eugene Zhyvchik via Unsplash)
Ilustrasi. (Foto: Eugene Zhyvchik via Unsplash)

Jakarta, MNEWS.co.id – Di era digital seperti sekarang ini, tidak hanya perubahan konten, cara menikmati konten kreatif pun beralih menggunakan smartphone yang bisa dinikmati dimanapun dan kapanpun. Hal ini turut menciptakan dorongan yang kuat untuk menciptakan ekosistem yang nyaman di industri konten kreatif.

Direktur Media dan Industri Konten Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Investasi (METI) Jepang, Mika Takagi, mengatakan dengan perkembangan media membuat masing-masing konten memiliki platform distribusi sendiri melalui saluran digital. Oleh karena itu, pelaku industri harus mampu mengikuti perubahan karena konsumen baru adalah generasi Z yang sangat digital dan lebih akrab dengan youtuber dari pada artis TV maupun film.

“Era media membuat era konten pun berubah. Dalam membentuk industri konten dibutuhkan kebijakan untuk reformasi manajemen digital seperti pembiayaan, produksi, HKI, dan distribusi,” ungkap Mika dalam acara Asia Content Business Summit (ACBS) 2019 di Golden Ballroom 3 The Sultan Hotel & Residence, Jakarta pada Jumat (20/9/2019).

Direktur Media dan Industri Konten Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Investasi (METI) Jepang, Mika Takagi, saat menjadi pembicara dalam acara Asia Content Business Summit (ACBS) 2019 di Golden Ballroom 3 The Sultan Hotel & Residence Jakarta pada Jumat (20/9/2019). (Foto: Bekraf)

 

Dukungan pengembangan pasar dapat dilakukan melalui kebijakan pemasaran ke luar negeri atau melaksanakan kegiatan bertaraf internasional. Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid, menyampaikan, sebelumnya Indonesia fokus pada pada high culture tapi saat ini, semua budaya didokumentasikan.

“Pemerintah Indonesia telah menyediakan dana abadi kebudayaan untuk mendukung pengembangan pengembangan seni dan budaya yang dapat mendukung pengembangan industri konten,” ujarnya seperti yang dikutip dari rilisan berita Bekraf di Jakarta, Sabtu (21/9/2019).

Program Optimization Specialist Telefilm Canada, Charles Vallerand, mengatakan pelaku industri konten harus kompetitif dan professional, unggul dalam story telling, manajemen, dan mengembangkan model bisnis baru. Tantangan saat ini adalah pembiayaan serta HKI.

“Pelaku industri konten harus membangun sukses dengan menentukan dan membangun pasar dan konten yang ingin ditampilkan, tidak hanya untuk pasar luar negeri tapi juga pasar lokal,” imbuhnya.

Asia Content Business Summit (ACBS) merupakan platform Pan-Asia pertama yang mempromosikan pengembangan media kreatif dan industri konten antarnegara di Asia (yaitu Indonesia, Jepang, Cina, Hong Kong, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Filipina, India, dan Thailand).

ACBS 2019 yang digelar di Indonesia merupakan penyelenggaraan ke-7. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan industri konten di Asia dan berupaya membawa para pemangku kepentingan terkait dari Asia dengan tujuan memfasilitasi kerja sama dan kolaborasi yang melibatkan pemerintah dan sektor swasta dalam industri konten.

Acara yang digelar dengan menggandeng Salon Films Hong Kong dan Kementerian Perdagangan dan Industri (METI) Jepang ini mengusung tema Story of Asia: Strengthening the Competitiveness Together yang membahas empat isu utama, yakni kebijakan, pengembangan skill, bisnis model baru, dan kolaborasi kawasan.