Photo by Erik Scheel from Pexels.
Photo by Erik Scheel from Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Pernyataan Bank Indonesia (BI) yang memprediksi deflasi akan terjadi di bulan Februari ini, ditengarai akan memberikan dampak positif. Salah satunya, memperkuat daya beli masyarakat.

Deflasi Februari sebesar -0.07%, ditunjukkan dengan harga-harga yang terkendali. Kali ini, deflasi lebih rendah dibandingkan pada bulan Januari dengan inflasi sebesar 0,32%. Hal ini diharapkan dapat membantu memperkuat daya beli masyarakat.

Dalam survei pemantauan yang dilakukan BI ini, pemantauan terhadap harga pangan juga dilakukan dan beberapa harga pangan mengalami penurunan (deflasi). Gubernur BI Perry Warjiyo beberapa waktu lalu sempat menyebutkan sejumlah komoditas pangan yang mengalami penurunan harga, seperti bawang merah, cabai, daging dan telur ayam ras serta bahan pangan lainnya.

Peneliti Center for Indonesian Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengatakan, angka ini dapat dikatakan menunjukkan kondisi perekonomian yang relatif stabil, sehingga dapat membantu pelaku ekonomi untuk menyesuaikan pengeluaran bulanannya.

“Hal ini (deflasi) dapat membantu masyarakat untuk mempertahankan pola konsumsinya, mengingat harga komoditas seperti beras, jagung dan lainnya cenderung memiliki tren harga yang meningkat sebelum masuknya masa panen,” jelas Ilman dalam keterangan tertulis yang diterima MNEWS di Jakarta, Senin (25/2/2019).

Ia menambahkan, perlu diketahui bahwa deflasi Februari ini juga tidak terlalu membahayakan wirausahawan, karena angkanya yang relatif kecil dan secara year on year, angka inflasi masih ada di 2,58% pada Feb 2019 (yoy).

Momentum ini tentunya bisa dimanfaatkan khususnya bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang hendak berbelanja keperluan untuk bahan produksi. Terutama bagi sektor kuliner yang sangat mengandalkan tren harga fluktuatif pada komoditas pangan.