Jakarta, MNEWS.co.id – Daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus dilakukan oleh Kementerian Koperasi dan UKM. Meski anggaran yang diberikan pemerintah terbatas, Kemenkop tetap melangsungkan sejumlah program yang bisa membuat pelaku UMKM semakin naik kelas.
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Victoria Simanungkalit mengatakan, pihaknya ingin fokus meningkatkan daya saing produk UMKM melalui sertifikasi dan juga fasilitasi. Di antaranya, fasilitasi ISO bagi UKM yang produknya siap ekspor.
“Ada 4 UKM terutama di komponen otomotif yang sudah difasilitasi. Tahun ini lebih ke perikanan, produk makanan minuman dan lainnya. Ketidak beruntungannya anggaran kami terbatas, tapi tidak mau kecil hati, kami tetap berupaya mengidentifikasi UKM yang bisa berpartisipasi di pameran internasional,” jelas Victoria dalam Konferensi Pers di Press Room Kementerian Koperasi dan UKM, Jumat, (8/2/2019).
Total anggaran yang didapat tahun ini, lanjut Victoria, sebesar Rp 107 Miliar untuk Deputi Produksi dan Pemasaran, dan dana terbesar akan digunakan untuk alokasi pasar. Satu pasar akan memperoleh Rp 950 juta untuk revitalisasi pasar dan PKL. Nantinya juga akan ada revitalisasi manajemen koperasi, hal ini untuk mengkonsolidasi koperasi agak dikelola secara ekonomi. Misalnya, dengan program beras premium yang kini tengah dibangun pabriknya di Demak. Pembangunan pabrik pun sepenuhnya milik anggota koperasi, bukan investor luar.
“Hal yang paling berat yang kami lakukan adalah, bagaimana mengubah mindset anggota agar punya mindset bisnis, bagaimana menyusun proposal untuk mengakses permodalan, dan sebagainya. Jadi bukan bantuan langsung uang atau barang, tapi lebih ke pendampingan. Supaya anggota koperasi jadi pebisnis tangguh,” tandas Victoria.
Tahun ini rencananya akan ada 90 koperasi sektor riil yang difasilitasi. Target partisipasi UKM di pameran pun mencapai 1500 UKM. Selain itu, di 2019 ini ada 2500 UMKM yang ditargetkan bisa mengakses sertifikasi untuk halal, HAKI, dan masih banyak lagi.
Kisah Sukses Harus Dikloning
Menjawab pertanyaan para wartawan, Asisten Deputi BIdang Perikanan dan Peternakan Kementerian Koperasi dan UKM, Devi Rimayanti menuturkan, kisah sukses koperasi dan UMKM harus dikloning. Contohnya, rumput laut saat ini kurang menarik bagi petani karena ada kebijakan dari KKP yang melarang ekspor produk dalam bentuk raw material. Devi ingin agar koperasi bersama para pelaku usaha memanfaatkan peluang yang ada serta mencoba terobosan baru meskipun masih bertahap.
“Saat ini industrinya belum siap. Ada salah satu koperasi di Sulawesi Selatan, Kosperindo, didorong untuk memiliki industri pengolahan rumput laut yang terbatas dengan ATG. Itulah yang bisa dijual ke pabrikan. Selama ini rumput laut dijual dalam kondisi kering,” pungkas Devi.
Intinya, bisnis-bisnis lainnya yang in line dengan bisnis utama harus terus dikembangkan, jangan berhenti hanya di satu langkah saja. Keterbatasan bukan halangan untuk meningkatkan kapasitas UMKM, tidak hanya untuk sekadar menaikkan omzet, tetapi juga kualitas dan mindset sumber daya manusia yang semakin baik.