Photo by Matthias Zomer from Pexels.
Photo by Matthias Zomer from Pexels.

Jakarta, MNEWS.co.id – Program fasilitasi Kementerian Koperasi dan UKM terbukti berhasil menaik kelaskan pelaku usaha melalui koperasi. Koperasi Produksi Ternak Maju Sejahtera (KPTMS) di Lampung Selatan, dan KUD Paguyangan Brebes menjadi contoh kisah sukses koperasi yang berhasil memajukan usahanya.

Suhadi, Kedua Koperasi Maju Sejahtera mengisahkan, awal mula berdirinya koperasi tersebut di Lampung Selatan. Di tahun 2010 lalu, lingkungan tempat tinggal mereka tidak aman, banyak pencuri hewan ternak. Akhirnya, Ia bersama dengan warga lainnya berinisiatif membuat kelompok untuk kandang komunal, yang kemudian berubah menjadi hotel sapi untuk menjaga sapi-sapi ternak dari risiko hilang dicuri. Sejak saat itu, mereka kerap berkumpul dan berpikir bagaimana caranya agar bisa punya modal.

“Pada 28 Mei 2014 kami membentuk koperasi, dengan simpanan pokok Rp 100 ribu dan simpanan wajib Rp 20 ribu. Sapinya kebanyakan sapi putih atau sapi jawa (sapi ongol). Karena koperasi modalnya masih kecil, akhirnya kalah dengan tengkulak. Makanya kami sebagai koperasi berupaya untuk menambah permodalan. Sampai ada keluhan dari anggota, bisa ngga kredit sapi? Kalau kredit motor, selesai kredit harganya jatuh, sedangkan sapi selesai kredit harganya naik,” kisah Suhadi dalam Konferensi Pers di Press Room Kementerian Koperasi dan UKM, Jumat, (8/2/2019).

Dirinya mengungkapkan, kelompoknya sudah mendapatkan SK dari Kementerian Pertanian sebagai pusat bibit di Lampung Selatan. Namun, Ia merasa anggotanya masih belum sejahtera. Alhamdulillah, kata Suhadi, di tahun 2017 dapat informasi dari Kemenkop bahwa IACCB (Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding) akan melakukan program pemberian bibit sapi. Setelah permohonan di-acc pada 21 April 2018, koperasinya pun memperoleh bantuan 105 sapi brahman.

Terbukti, di tangan Suhadi dan kawan-kawan, pada November 2018 sapi sudah panen, dan sebanyak 87 ekor laku terjual. Penjualan dilakukan dengan cara lelang, sehingga hasilnya bisa meningkat hingga 50 persen dibandingkan dengan menjualnya secara tradisional dengan jual blantik yang menjatuhkan harga. Terkumpul Rp 993 juta dari 80-an ekor sapi tersebut. Di bulan ini, Suhadi juga menuturkan ada sapi pedet sebanyak 50 ekor dengan kebuntingan di angka 90 persen.

“Kami merasa belum baik, namun kata IACCB kami terbaik menurut mereka, hingga ada bendahara kami yang dikirim ke australia. Sampai ke sistem pelaporan kami sudah dikasih. Kami juga dapat pendampingan tambahan sampai 2021. Selama ini yang namanya breeding kan jual sapi. Kami punya misi tidak hanya jual pedet, kami ingin menyerap tenaga kerja lebih banyak. Total yang tergabung di koperasi ada 38 kelompok di 1 kecamatan, dan 4 kelompok di kecamatan sebelah,” jelasnya.

Suhadi mewakili kawan-kawan peternak sapi lainnya mengatakan, permasalahan yang ada saat ini seputar kendala modal yang masih menghambat. Dirinya menegaskan misi wisata ternak untuk mensukseskan program pemerintah, agar di tahun-tahun berikutnya bisa swasembada daging, tidak perlu impor daging lagi.

Asisten Deputi BIdang Perikanan dan Peternakan Kementerian Koperasi dan UKM, Devi Rimayanti menambahkan, asal mula terbentuknya koperasi peternak ini juga dilator belakangi oleh kajian Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tentang impor daging. Salah satu rekomendasinya adalah, peternak harus membuat koperasi.

“Pola yang dilakukan oleh koperasi di Lampung Selatan ini bisa diadopsi oleh koperasi-koperasi lain sepanjang ada lembaga keuangan yang mau men-support. Salah satu syaratnya koperasi harus menyiapkan dana segar Rp 100 juta untuk biaya operasionalnya,” ujar Devi.

Revitalisasi Pasar, Makmurkan Semua Pihak

Sejak 2015, Kementerian Koperasi dan UKM telah membangun pasar rakyat di daerah pedesaan, daerah tertinggal dan daerah perbatasan. Jumlah pasar yang dibangun terus bertambah hingga 2018, mencapai 247 unit pasar di 246 kabupaten/kota di 34 provinsi. Rencananya, Kemenkop juga akan mengembangkan pasar tematik yang terintegrasi sesuai dengan produk unggulan desa, serta pemanfaatan IoT (Internet of Things). Konsep pasar tematik ini diyakini akan mempermudah perdagangan antar wilayah, sehingga pasar menjadi wadah peningkatan ekonomi daerah dan tujuan pariwisata daerah tersebut.

KUD Paguyangan di Kecamatan Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, merupakan salah satu koperasi yang dipercaya dalam pengelolaan pasar dan juga revitalisasi pasar. KUD ini bekerja sama dengan Pasar Grengseng, yang telah dikelola selama 10 bulan. Hasilnya, pada bulan Desember 2018 pendapatan bagi koperasi dari kios dan lapak rata-rata Rp 17,8 juta per tahun di luar pendapat lainnya.

Selain itu, Pemerintah Desa juga memperoleh pendapatan dari pasar, yang semula hanya sebesar Rp 7 juta per tahun, meningkat 2,5 kali lipat menjadi Rp 18 juta per tahun. Pendapatan pedagang pun ikut meningkat, dari omzet harian rata-rata hanya Rp 500 ribu, naik menjadi Rp 1 juta.

Imam Widodo, Sekretaris KUD Paguyangan bercerita, sebelumnya Pasar Grengseng adalah pasar yang kumuh dan becek. Omzet pedagangnya juga tidak begitu banyak. Setelah Kemenkop melalui Dinas Koperasi Kabupaten Brebes menunjuk KUD Paguyangan untuk mengelola pasar, revitalisasi pun langsung dilakukan, dan hasilnya sangat signifikan.

“Secara profit kami tidak begitu besar, tapi kami lebih kepada multiplier effect kepada masyarakat khususnya pedagang pasar. Bagi kami, profit Rp 17 jutaan per tahun, ada tambahan untuk penguatan kelembagaan dan anggota. Ada peningkatan kepercayaan dari masyarakat setempat,” tutur Imam Widodo kepada para wartawan.

Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran, Victoria Simanungkalit menambahkan, Kemenkop mengundang KUD Paguyangan untuk melakukan revitalisasi pasar karena koperasi ini sudah bekerja sama dengan pengurus desa, serta menjadi pemasukan kas desa.

“Pemerintah mengapresiasi dan memberikan hibah kepada koperasi untuk mengantisipasi rentenir, pinjaman kepada anggota dengan bunga bersaing,” pungkas Victoria.

Dengan kerja sama pengelolaan pasar yang berpihak kepada pedagang tersebut, jumlah pedagang Pasar Grengseng pun meningkat, dari yang semula 164 pedagang menjadi 224 pedagang. Bupati Brebes pun mengapresiasi dengan memberikan bantuan dana hibah sebesar Rp 50 juta untuk mengantisipasi rentenir di lingkungan pasar, sehingga pedagang pasar yang menjadi anggota koperasi bisa langsung meminjam dana koperasi untuk permodalan.