Jakarta, MNEWS.co.id – Institut Pertanian Bogor (IPB) akan menjadikan koperasi menjadi salah satu kajian akademis untuk mendorong pengembangan koperasi di tanah air. IPB memandang koperasi berperan stratgeis sebagai penggerak perekonomian masyarakat dalam mengatasi kemiskinan dan kesenjangan kesejahteraan.
Maka dari itu, IPB segera mewujudkan sebuah lembaga diberi nama Pusat Kajian Koperasi dan Sosial Bisnis sehingga diharapkan kampus turut serta dalam memberikan kajian perkoperasian, ide dan masukan terhadap regulasi pemerintah serta best practice perkoperasian. Pusat kajian ini akan lebih fokus melakukan kajian koperasi sektor riil.
“IPB ingin melakukan tindak nyata bahwa koperasi tidak hanya wacana tetapi kekuatan dalam sistem ekonomi di Indonesia. Untuk efektif, kami di Fakultas Ekonomi dan Manajemen memformulasikan satu pusat yang khusus membidangi dan mendalami, mengkaji dan mengkomunikasikan tentang koperasi dan sosial bisnis,” kata Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), IPB Nunung Nuryartono usai bertemu dengan Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM Meliadi Sembiring, Rabu (7/11/18).
Nunung mengatakan roh ekonomi Pancasila sesungguhnya adalah koperasi sebagaimana yang dicetuskan Mohammad Hatta. Para pendiri bangsa juga sudah menyatakan koperasi secara eksplisit dalam konstitusi.
Sayangnya dalam perjalanan koperasi tidak menjadi agenda besar dalam sistem perekonomian nasional meski di tengah masyarakat semangat koperasi masih ada.
Ia menegaskan jika koperasi menjadi gerakan besar harus ada terobosan. Karena itu, diharapkan lebih banyak kampus bergerak, berpikir dan mengajak berbagai pihak untuk bersama-sama menjadikan koperasi sebagai pendorong kegiatan ekonomi.
“Kami telah melakukan seminar yang topiknya bagaimana melakukan pengembangan sektor riil di Indonesia. Karena itu potensi yang luar biasa. Jangan masyarakat hanya tahu koperasi simpan pinjam,” kata Nunung.
Yeti Lis Purnamadewi, Wakil Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana IPB mengatakan IPB sudah lama memberi perhatian pada koperasi dengan mengadakan mata kuliah koperasi di FEM.
Ia menegaskan koperasi merupakan badan usaha yang sangat strategis untuk Indonesia. Terlebih koperasi tidak bisa lepas dari usaha mikro kecil dan menengah. Usaha mikro dan kecil adalah kelompok usaha paling rentan dan sulit bersaing menghadapi oligopoli dan monopoli sehingga perlu wadah koperasi.
“Kalau koperasi mampu berkembang mestinya mampu mengembangan usaha mikro dan kecil. Untuk itu kami lebih concern terhadap koperasi sector riil, ” ujarnya.
Harapannya kalau koperasi sekor riil berkembang berarti meningkatkan kemampuan para produsen. Berkembangnya koperasi sektor riil juga akan menumbuhkan koperasi simpan pinjam karena akan membiayai para produsen anggota koperasi. Ia mengatakan membangun koperasi sektor riil berarti meningkatkan kontribusi PDB karena lebih banyak mendorong produksi barang dan jasa khususnya sektor pertanian
“Strategisnya koperasi mendorong peningkatan UMKM dalam upaya mengentaskan kemiskinan. Karena 98 persen usaha itu ada di usaha mikro,” kata Yeti.
Pengamat perkoperasian Suroto mengatakan gebrakan yang dilakukan oleh IPB merupakan fenomena baru kampus yang mulai antusias tentang koperasi. Menurutnya ada perguruan tinggi lain juga yang rencananya akan membuka pusat kajian yang sama.
Ditegaskannya, pentingnya koperasi mulai dirasakan di berbagai negara. Di Hongkong, misalnya, Suroto mengatakan mulai berkembang cooperative platform berbasis star up.
Selain itu, ia merujuk pendapat ekonom dari Amerika Serikat Joseph Stiglitz yang mengakui konsep ekonomi trickle efeck down ternyata gagal sehingga harus belajar banyak dari koperasi.
“The true sharing economy adalah koperasi. Itu sudah diakui,” pungkasnya.
Di Indonesia, kata Suroto, tantangannya perlu perubahan paradigma, rebranding koperaso di kampus juga menghadapi satu tantngan. Hal itu terjadi karena refrensi tentang koperasi sangat jarang. Karena itu, ia sangat mengapresiasi tumbuhnya kajian koperasi di kampus.