Karya Henk Ngantung (1921-1991) - Melamun. Foto: (doc/GNI)
Karya Henk Ngantung (1921-1991) - Melamun. Foto: (doc/GNI)

Jakarta, MNEWS.co.id – Galeri Nasional Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kembali menggelar pameran hasil karya para sketchers se–Indonesia. Program Sketsa yang dilakukan rutin setiap Kamis ini telah mempertemukan para seniman sketsa, dengan para sketchers dan juga masyarakat untuk saling bertukar ilmu, pengalaman, dan keahlian.

Apresiasi karya-karya sketsa dengan melibatkan partisipasi publik ini diberi tajuk “[Re]Kreasi Garis”. Setelah sebelumnya mengundang para sketcher se-Indonesia untuk berpartisipasi, hasil seleksi tim Kurator yaitu Bambang Bujono, Beng Rahadian, dan Teguh Margono berhasil menyaring 234 karya dari 138 sketchers Indonesia. Karya-karya sketsa tersebut akan dipamerkan pada 4–16 September 2018 di Gedung B dan C Galeri Nasional Indonesia.

138 sketchers terdiri dari maestro sketsa, sketchers yang tergabung dalam komunitas sketsa/seni rupa, dan sketchers individual. Beberapa di antaranya S. Sudjojono, Oesman Effendi, Henk Ngantung, Tohny Joesoef, X-Ling, Srihadi Soedarsono, dan masih banyak lagi. 234 karya sketsa yang dipamerkan mengutamakan garis, dengan objek gedung/bangunan/monumen, suasana/lanskap, aktivitas, dan figur/potret.

Sketsa yang berkembang sejak masa penjajahan Jepang ini, Menurut kurator Beng Rahadian, telah memasuki fase sketsa urban, yakni dikerjakan oleh warga (urban) yang menggemari kegiatan menggambar sketsa dengan cara sendiri maupun berkelompok, berciri hybrid, ia melepaskan diri dari kuasa akademis yang cenderung definitif.

“Sketsa urban menjadi sebuah kegiatan yang mengumpulkan semua teknik menggambar dan mengutamakan kesenangan. Hal ini memunculkan sebuah upaya meredefinisi pemahaman mengenai seni sketsa, nilai-nilai lama bertemu dengan nilai baru yang tidak tercegah,” papar Beng Rahadian dalam siaran pers yang diterima MNEWS, Senin, (3/9/18).

Aktivitas menggambar sketsa ini semakin marak, terlebih dengan penggunaan media sosial yang membantu mempercepat penyebarannya. Meminjam istilah Bambang yang menggunakan kata ‘virus’ untuk menyebut aktivitas menggambar sketsa yang kini marak, menurutnya, virus itu kini menyebar, dan menumbuhkan komunitas-komunitas sketsa di sejumlah kota.

Karya X-Ling – Jalan Rajawali Surabaya. Foto: (doc/GNI)

Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto menuturkan, pameran ini ingin melakukan jelajah pemetaan seni rupa melalui karya-karya sketsa di Indonesia sebagai fungsi sketsa yang sangat kompleks, bukan hanya sebagai perekam kejadian tetapi lebih lanjut sebagai ungkapan visual yang artistik, hingga merepresentasikan identitas bangsa.

Selain itu pameran ini merupakan suatu wujud peran pemerintah melalui Galeri Nasional Indonesia dalam mengapresiasi sekaligus mengukuhkan penghargaan atas eksistensi karya sketsa beserta dedikasi para sketchers Indonesia dalam dunia seni rupa.

Dengan diselenggarakannya pameran sketsa ini, Pustanto berharap kegiatan ini dapat memberikan kesempatan bagi publik untuk lebih memahami sketsa, baik dari segi kesejarahan maupun berbagai wujud eksplorasinya yang tak terbatas.

Diharapkan pameran ini juga mampu menginspirasi dan memberikan motivasi bagi seluruh lapisan masyarakat untuk menemukan potensi serta melibatkan diri untuk berkreasi di bidang-bidang yang disenangi, juga bagi para sketchers khususnya untuk terus mengasah dan mengembangkan keahlian di bidang sketsa.