Jakarta, MNEWS.co.id – Dalam setiap karya seni rupa yang kita temui, terdapat guratan-guratan khas masing-masing seniman yang menjadi saksi pergerakan zaman. Tak terkecuali, dalam karya-karya seni rupa koleksi negara. Tidak hanya mencirikan keragaman khazanah budaya Indonesia, tetapi juga menjadi saksi dinamika sejarah dan proses pendewasaan yang dialami oleh bangsa kita dalam setiap periodenya.
“Menyigi Masa”, sebuah pameran yang dihelat oleh Galeri Nasional Indonesia, menjadi sebentuk upaya untuk menyigi—menginvestigasi, mencatat, dan menerangjelaskan karya-karya yang sempat terserak, dan dihadirkan kembali di hadapan khalayak. Pameran yang berlangsung dari tanggal 11-28 Oktober 2018 di Gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, akan membuka berbagai pintu eksplorasi karya seni rupa lintas waktu.
Kurator Suwarno Wisetrotomo menyebutkan, karya-karya sebagai fakta benda, fakta mental, dan fakta sosial, maka antara karya yang satu dengan karya yang lainnya memiliki pertautan sejarah. Setiap karya merupakan serpihan puzzle sejarah yang perlu dicarikan pasangan rangkaiannya.
“Aspek peran dan makna seniman beserta karya seninya – dalam konteks Indonesia dan ke–Indonesia–an–itulah yang saya maksud sebagai mata rantai yang hilang. Pameran ini berupaya melacak, mengivestigasi, dan menyiangi artefak-artefaknya – yang tangible dan yang intangible – agar bisa menandai sebagai mata rantai yang lepas, untuk kemudian menyambungkannya,” tegas Suwarno, dalam siaran pers yang diterima MNEWS, Kamis, (11/10/18).
Sedangkan menurut kurator Rizki A. Zaelani, istilah ‘menyigi’ juga memiliki arti untuk meneliti, mengorek untuk memperoleh penjelasan yang bermanfaat, ihwal soal yang berada di balik karya maupun proses kreasi yang melatarbelakangi penciptaan sebuah karya, bahkan juga mengenai kisah tentang keberadaan sebuah karya hingga masa kini.
Persoalan masa, atau pembabakan waktu, menurut Rizki memiliki wilayah pemaknaan yang meluas. Secara umum, karya-karya yang dipamerkan ini menunjukkan tiga kerangka pemahaman tentang persoalan masa (waktu), yaitu: (a) makna waktu dalam kenangan peristiwa sejarah; (b) makna waktu dalam kerangka pengalaman subjektif mengenai realitas dan lingkungan alam maupun kejadian-kejadian hidup; serta (c) makna waktu dalam penciptaan karya-karya yang diilhami oleh ajaran nilai yang bersumber dari agama, mitologi, dan tradisi budaya.
“Pameran Seni Rupa Koleksi Nasional ‘Menyigi Masa’ pada dasarnya hendak menyiangi makna-makna penting mengenai pengalaman hidup kita secara kolektif sebagai sebuah bangsa melalui titik-titik penting proses dan hasil penciptaan karya seni rupa dalam wawasan pemikiran maupun perasaan para seniman Indonesia,” kata Rizki.
Kekayaan nilai-nilai budaya dan kandungan makna yang meluas dalam karya seni rupa ini, mampu melangkah di lintas batas dan menghimpun berbagai kemungkinan yang tak terbatas. Menampilkan 61 karya berupa lukisan, patung, dan grafis dari 41 perupa Indonesia, seperti Affandi, Henk Ngantung, Raden Saleh, dan masih banyak lagi, pengunjung akan diajak untuk berdialog, silang pendapat tidak hanya di masa sekarang, tetapi juga menembus babak waktu dalam sebuah titik temu.