Rarugi Ampyang cokelat. (Foto: Rarugi)

Jakarta, MNEWS.co.id – Padukuhan Dusun Gumawang, Gunungkidul, Yogyakarta menjadi salah satu daerah penghasil tanaman kakao di Indonesia.

Saat ini, daerah Padukuhan Gumawang memiliki lebih dari 20 petani aktif kakao yang tergabung dalam Kelompok Tani Kakao Sidodadi. Kelompok tersebut merupakan salah penghasil kakao terbesar di Gunungkidul, Yogyakarta.

Melihat potensi tersebut, Panggih Triatmoko, bersama dengan dua rekannya Ari Anggraini Yulianti dan Dwi Anggra Wijaya terdorong untuk menangkap peluang berupa sebuah ide kolaborasi melalui sistem pemberdayaan masyarakat khususnya petani kakao.

Secara umum, para petani kakao di Dusun Gumawang hanya memproduksi sampai bahan mentah saja sebelum diolah menjadi makanan siap saji. Peluang inilah yang dimanfaatkannya sebagai ide pengembangan potensi usaha bagi petani dan masyarakat sekitar.

Bersama dua rekannya, Panggih membutuhkan waktu lebih dari 10 bulan dalam melakukan riset produk dan berbagai percobaan untuk menghasilkan makanan dari buah kakao sebagai bahan dasar.

Panggih pun mencoba untuk memadukan kakao dari para petani ini dengan camilan tradisional ampyang menjadi ide usaha kuliner snack ampyang cokelat yang memiliki karakter dan cita rasa yang unik. Pemilihan Ampyang cokelat didasarkan dari segi tradisi lokal di mana camilan ini adalah makanan khas Yogyakarta yang sudah cukup dikenal dan digemari.

Akhirnya di bulan September 2020, Panggih dan dua rekannya resmi menghadirkan produk pertamanya dengan jenama Rarugi Ampyang Cokelat.

“Rarugi dalam Bahasa Jawa artinya adalah tidak ingin rugi (untung) dengan harapan semoga usaha ini menjadi keuntunggan bagi kami. Serta bagi para pelanggan yang merasa beruntung bisa menikmati produk kami,” ujar Panggih kepada M-News.

Rarugi menggunakan bahan baku lokal mulai dari bubuk cokelat, telur, hingga kacang. Dari segi kualitas pun sangat terjamin karena tidak menggunakan bahan pewarna, pengawet, dan kimia buatan lainnya.

Produk ampyang cokelat Rarugi dikemas dengan menggunakan pouch plastik snack dan memiliki kualitas masa simpan yang cukup panjang sehingga sangat cocok dijadikan sebagai oleh-oleh atau bingkisan.

Dari segi produksi, Panggih memanfaatkan dapur rumah tangga dengan tempat terpisah untuk peralatan serta penyimpanan bahan baku dan produk. Saat ini, Panggih dibantu oleh 4 orang di bagian produksi serta 5 orang untuk promosi dan distribusi.

Untuk kapasitas produksi, selama masa pandemi cukup mengalami penurunan yang semula mampu memproduki 480 bungkus dalam satu hari kini hanya 50 bungkus per hari. Harga produk ampyang cokelat Rarugi berkisar antara Rp10.000,- untuk varian kacang tanah dan Rp12.000,- untuk varian mete.

Dalam memasarkan produknya, Rarugi bekerja sama dengan beberapa toko melalui sistem titip jual serta menyewa tempat (etalase) di wilayah Yogyakarta. Lalu untuk penjualan secara online dilakukan melalui media sosial Instagram, website, hingga marketplace.

Ke depannya, Panggih berencana ingin menguatkan holding di hulu, sehingga akses bahan baku bisa dibuat menjadi berbagai macam produk yang bervariasi. Sementara untuk target penjualan, pihaknya berusaha untuk bisa masuk di lebih dari 70% sektor toko oleh-oleh di seluruh Yogyakarta.