Jakarta, MNEWS.co.id – Mempunyai resep khas dari keluarga ternyata bisa menjadi salah satu modal dasar dalam memulai sebuah usaha. Seperti yang dilakukan oleh Salmi Sufraini, pemilik usaha CangCoMak ketika membangun usaha camilan yang berawal dari resep sang ibu.
CangCoMak dimulai ketika perusahaan tempat Salmi bekerja bangkrut sebelum masa pandemi. Kehilangan pekerjaan membuatnya melihat berbagai peluang usaha yang bisa dilakukan untuk dapat mendapatkan rezeki.
Bermodalkan resep kacang cokelat andalan sang ibu sejak tahun 1965, akhirnya Salmi mencoba peruntungannya untuk membuka usaha kuliner. Tidak hanya sebagai bisnis, CangCoMak juga di-branding sebagai bukti cinta dan sayang dirinya kepada sang ibu.
Akhirnya di tahun 2018, Salmi mulai memasarkan produk CangCoMak kepada saudara dan teman-temannya. Respon yang didapatkan pun sangat baik, hingga usahanya semakin berkembang setelah testimoni produk cokelatnya tersebar dari mulut ke mulut.
Merek CangCoMak merupakan singkatan dari ‘Kacang Coklat Emak’. CangCoMak menyajikan camilan kacang cokelat yang dibuat dengan resep turun-temurun dan homemade. Kacang cokelatnya pun dipanggang agar tidak berminyak dan tak lengket, namun tetap terasa renyah saat dikonsumsi.
Cangcomak menggunakan bahan baku dari produk lokal dengan kualitas baik serta terjamin keamanannya. Bahan baku kacang tanah diperoleh langsung dari Tuban, Jawa Timur dan kacang mede yang berasal dari Sulawesi.
Saat ini proses produksi CangCoMak berlokasi di Jl. Anggrek Rosliana VII, Kemanggisan, Jakarta Barat dibantu oleh dua orang pegawai dengan kapasitas produksi rata-rata berkisar 80 pack per hari.
Produk CangCoMak hadir dalam berbagai variasi rasa pilihan mulai dari almond, kacang tanah cokelat, dan kacang mede cokelat. Harga produk berkisar dari Rp10.000,- hingga Rp35.000,- tergantung dari varian ukurannya. Sementara untuk paket bundling berkisar Rp87.000,-.
Dalam memberikan jaminan keamanan produk, CangCoMak sudah mendapatkan sertifikasi halal untuk bahan baku. Usahanya juga sudah mempunyai PIRT dan telah mengikuti pelatihan keamanan pangan demi menjaga kepercayaan konsumen.
Setelah memiliki perizinan, pemasaran usaha milik Salmi kini semakin luas. Produknya kini telah tersedia di 25 outlet minimarket yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selama masa pandemi, Salmi mengaku usahanya juga mengalami tantangan di masa sulit ini. Produknya yang sudah siap dijual tidak dapat dipasarkan karena banyak mitranya yang tutup. Ia pun akhirnya mencari strategi lain yaitu dengan merambah ke penjualan online.
Saat ini, Salmi focus memasarkan produk CangCoMak secara online melalui Instagram, e-commerce, website, hingga PaDi UMKM. Perlahan, penjualan CangCoMak pun mulai membaik hingga Ia sudah memiliki beberapa pelanggan loyal.
“Tantangan terbesar harus banyak belajar terima informasi belajar digital marketing dan media sosial. Suka tidak suka, kita sebagai pelaku usaha harus belajar tentang digital, apalagi yang tidak terlalu mahir dengan teknologi, kalau tidak mau belajar akan ketinggalan,” ujar Salmi.
Ke depannya, Salmi ingin mengembangkan CangCoMak dengan memperluas jumlah titik distribusi di retail modern market. Ia juga sedang mempersiapkan untuk bisa ekpor produk dengan melengkapi berbagai sertifikasi sebagai standar aturan. Hal ini diharapkan dapat membantu usahanya bisa semakin berkembang dan produknya mudah didapatkan secara luas bagi konsumennya.