Jakarta, MNEWS.co.id – Rengginang, salah satu makanan tradisional yang terbuat dari nasi atau beras ketan, nyatanya bisa menjadi camilan modern dengan beragam varian rasa. Hal inilah yang dilakukan oleh Siti Aniffah, pelaku UMKM asal Belitung.
Hadir dengan jenama Mandakini, Siti memproduksi camilan rengginang berukuran mini dalam berbagai varian bumbu rasa, mulai dari original, ayam lada hitam, red velvet, balado pedas, rumput laut, green tea, rendang, dan aneka rasa lainnya.
Siti mengatakan, ide membuat inovasi rengginang menjadi produk yang lebih ramah dan berukuran mini sudah ada sejak tahun 2020, namun masih sebatas riset dan hanya berjualan kepada kerabat dekat. Barulah saat memasuki tahun 2022, Siti terdorong untuk merealisasikan ide tersebut dan resmi membangun usaha Mandakini.
Penggunaan merek Mandakini terinspirasi dari Bahasa Sansekerta yang memiliki arti anak sungai. Harapannya agar usaha Mandakini miliknya bisa berkembang dan menjadi sumber rezeki melalui produk yang dipasarkan serta dapat mengalir terus ke masyarakat luas.
Usaha Mandakini berawal dari kegemaran Siti dan keluarganya yang sering mengonsumsi rengginang sebagai makanan ringan. Awalnya Ia hanya mencoba membuat kreasi makanan rengginang supaya tidak bosan dengan rasa yang itu-itu saja. Kemudian muncul ide untuk memasarkan hasil camilan buatannya, yang awalnya dari beberapa bungkus saja hingga bisa berkembang sampai saat ini.

Tidak hanya rengginang, Mandakini juga menyajikan produk camilan keripik tahu dengan varian rasa seperti original, pedas, dan asin. Lalu ada stik pisang dan ubi jalar dengan varian rasa original dan pedas manis.
Harga produk dibanderol mulai dari Rp10.000,- hingga Rp15.000,- per bungkus. Ia menambahkan terkadang banyak konsumen yang membeli produknya dalam jumlah kiloan atau hampers dengan harga Rp65.000,- hingga Rp180.000,-.
Siti menjelaskan, untuk pembuatan stik pisang dan ubi jalar, Mandakini memakai produk lokal yang didapatkan langsung dari petani setempat. Sementara untuk rengginang, menggunakan beras ketan yang dibeli dari pasar.
Untuk keamanan dan kualitas produk pun sudah sesuai dengan standar pengolahan pangan karena Siti telah mendaftarkan produknya ke Dinas Kesehatan di daerahnya. Pihaknya juga mengikuti pelatihan yang dibimbing oleh dinas terkait supaya Mandakini bisa menghasilkan produk yang sehat serta bisa dikonsumsi untuk semua kalangan.
Lokasi proses produksi Mandakini terletak di Jalan Telex Pelataran Desa Air Ketekok, Kec. Tanjungpandan, Belitung. Ia dibantu oleh sang suami dengan kapasitas produksi rata-rata 5 kg beras ketan dan 10 bungkus tahu.
Untuk strategi pemasaran, Mandakini memanfaatkan media sosial seperti Instagram, Facebook, dan marketplace. Selain itu, Siti juga melakukan pendistribusian langsung melalui beberapa modern market, minimarket, hingga toko serba ada (toserba) di Tanjungpandan. Konsumen produknya pun kini makin meluas hingga ke Pulau Jawa dan Kalimantan.
Ke depannya, Siti fokus untuk mengembangkan produknya dan memiliki tempat produksi sendiri hingga dapat menjadi vendor di berbagai market di Indonesia. Ia juga berharap suatu saat bisa melakukan ekspor hingga mengikuti pameran produk kuliner di luar negeri.