![Tini Ismiyani](https://mnews-wp.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/wp-content/uploads/2021/11/25115048/Tini-Ismiyani-696x463.jpg)
Jakarta, MNEWS.co.id – Bagi banyak orang pandemi Covid-19 itu musibah besar, namun tidak bagi Tini Ismiyani. Banyaknya waktu luang akibat proses pembelajaran online akhirnya dimanfaatkannya dengan membuka peluang membangun usaha kuliner yang telah lama menjadi mimpinya.
Mantan dosen Universitas Indonesia (UI) ini membangun bisnis kuliner arem-arem mi setelah 12 tahun mengabdi sebagai pengajar. Tini mengatakan menjadi dosen adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat sebagai tenaga pendidik. Sedangkan, menjadi pengusaha bentuk pengabdian kepada masyarakat untuk membuka lapangan kerja, serta meningkatkan perekonomian banyak orang.
“Setelah mencapai mimpi saya sebagai tenaga pendidik, kini saya memiliki mimpi untuk memberikan manfaat kepada masyarakat dari sisi ekonomi,” ujar Tini.
Ia menjelaskan awal mulanya beralih profesi dari dosen menjadi pengusaha UMKM. Hal tersebut dilakukan saat Tini memutuskan mundur dari dosen pada 2020. Saat memiliki banyak waktu di rumah, ibu empat anak itu mulai menyalurkan hobinya memasak. Lalu, Tini mulai terpikir untuk membuat makanan yang bisa menghasilkan uang.
“Kemudian saya memiliki ide untuk melanjutkan resep ibu, yakni arem-arem mi. Saya coba terus belajar. Saya jual ke tetangga dan teman-teman dekat, ternyata responsnya bagus,” tambahnya.
Arem-arem merupakan makanan sejenis lontong yang terbuat dari bahan dasar mi. Proses pembuatan arem-arem mi memakan waktu 4-5 jam. “Resep ibu ini kami kembangkan. Ibu dulu hanya berjualan ke tetangga dan ibu-ibu pengajian. Padahal, cita-cita ibu dulu ingin punya usaha kuliner besar, tapi belum bisa ibu wujudkan. Maka sekarang bisa kami wujudkan,” jelasnya.
Tini menambahkan awalnya bisnis ini hanya dikerjakan bersama sang suami. Namun, bisnisnya berkembang hingga membuka gerai di kawasan Jalan Kelapa Dua Raya No. 36, Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
“Sudah terlalu banyak pesanan, akhirnya kami memutuskan untuk membuka gerai dan kami juga fokus ke pengembangan usaha. Ini karena saya lihat usaha ini bisa bermanfaat membuka lapangan pekerjaan dan banyak kebermanfaatan lainnya apabila diseriusi dengan baik,” ungkapnya.
Dalam waktu setahun, Tini memiliki lima gerai, memperkerjakan 15 karyawan, serta mampu memproduksi hingga 9 ribu arem-arem mi setiap bulannya. Menurutnya, bisnis yang digelutinya masih langka. Belum terlalu banyak kompetitor yang serius di jenis usaha ini. Dia berharap kuliner arem-arem mi dari Aremie Hj. Rully bisa lebih eksis.
“Belum ada yang dagang ini secara serius, tapi kami melihatnya peluang dan berprospek bagus,” pungkasnya.