Jakarta, MNEWS.co.id – Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang diberlakukan pemerintah untuk memutus mata rantai Virus Covid-19 di masa pandemi ini membuat para perkembangan pelaku UMKM menurun. Hal ini dibenarkan oleh Sekjen Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia (APJI), Siti Radarwati.
Siti menjabarkan bisnis katering menjadi salah satu yang imbas keganasan akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, bisnis katering mengalami penurunan omzet hingga 40 persen. Salah satunya seperti bisnis katering di wedding organizer sangat menurun drastis.
“Bisnis kuliner di wedding organizer di masa pandemi ini tidak ada kegiatan, berhenti semuanya. Semua drop orderan. Kalau dipukul rata bisnis katering turun 40 persen,” katanya saat mengisi kegiatan webinar Kiat Menjadi UMKM Kuliner yang digelar Jagatbisni(dot)com, di Hotel Aston Priority, Simatupang, Jakarta, Minggu (31/1/21).
Tidak hanya rugi, ternyata tidak sedikit bisnis kuliner yang justru naik selama masa pandemi. Usaha kuliner milik Siti mengalami peningkatan omzet dengan mengoptimalkan digitalisasi untuk memasarkan produk secara online.
“Mereka yang bisa memanfaatkan pemasaran secara online mengalami peningkatan omzet untuk produk-produknya. Sebab ada pergeseran perilaku pembeli yang tadinya melakukan tatap muka menjadi secara online,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh pelaku usaha UMKM, Lutfi Nugraha. Pemilik usaha bernama ‘Aku Singkong’ ini, sebelum masa pandemi menjualkan produknya menggunakan sistem getok tulae. Produk dijual melalui melalui majelis taklim atau pengajian ibu-ibu. Sebab, produk ‘Aku Singkong’ diproduksi oleh para santri-santri pesantren, yang nantinya keuntungan tersebut digunakan untuk perkembangan atau kemajuan pesantren.
“Produk kami adalah hasil kerja dari para santri. Sebagai mereka yang bercocok tanam singkong. Sebab. Hasil dari penanaman singkong keuntungannya untuk pendidikan di pesantren. Sedangkan untuk pemasaran, kami menjualnya ke para ibu-ibu pengajian atau majelis takilm. Nah, dari ibu-ibu itu, produk kami dipromosikan kepada anak-anaknya yang telah bekerja di kantoran. Secara tidak langsung produk kami melebar ke perkantoran. Jadinya kami minim biaya promosi,” kata Lutfi.
Ia mengakui di masa pandemi penjualan Aku Singkong mengalami penurunan karena majelis taklim tidak ada, semua kegiatan yang bertatap muka dihentikan. Akhirnya, Aku Singkong beralih menggunakan penjualan secara daring.
“Agar kita tetap berproduksi. Kami jualannya melalui online, yang awalnya tradisional sekarang mengitu perkembangan digitalisasi,” tambahnya.
Sementara itu, Director of Marketing Communications Aston Simatupang Paundra Hanutama mengatakan, pihaknya siap membantu para pelaku UMK untuk kembali berjaya di masa pandemi Covid-19 ini.
“Kita selalu siap melakukan kerjasama dengan pelaku UMKM untuk memasarkan peroduk-produknya agar para pelaku UMKM bisa berkembang lagi di masa pandemi ini,” ujar Paundra.