Pementasan Taksu Ubud. (Foto: Antara)

Jakarta, MNEWS.co.id – Seni, adat dan tradisi di Bali bukan hanya menjelma menjadi daya tarik wisata, tetapi juga pada awalnya adalah sarana bagi para pelakunya untuk terhubung dengan semesta.

Kegiatan seni dan budaya dapat dikatakan berhenti seketika saat masa pandemi COVID-19 ini. Tak ada lagi pertunjukan seni dan budaya yang menjadi daya tarik bagi wisatawan dalam dan luar negeri.

Inilah yang mendasari Titimangsa Foundation melalui founder sekaligus ketuanya, Happy Salma, dan bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, menginisiasi sebuah pementasan bertajuk ‘Taksu Ubud’ yang berfokus pada ekspresi seniman Ubud dalam menyampaikan perasaannya pada alam dan pencipta.

Pada perjalanannya selama kurang lebih 4 bulan, karya ini menjadi kerja kolaborasi dengan banyak pihak, terutama seniman dan budayawan Ubud.

‘Taksu Ubud’ adalah sebuah pertunjukan seni drama, tari dan musik yang menampilkan Ubud sebagai bagian penting dari wajah Bali. Melalui kisah yang sederhana, ‘Taksu Ubud’ merupakan buah dari keinginan untuk menyatukan sebagian kecil dari keindahan seni Ubud.

Pertunjukan ini adalah sebuah inisiatif kecil untuk mengadakan kembali ruang bagi sebagian pelaku seni Ubud untuk membangun kembali suasana Ubud yang sarat akan adat dan tradisi Bali.

Garapan ‘Taksu Ubud’ menampilkan tarian, tetabuh dan mekidung yang melibatkan banyak kelompok penari dan penabuh, seperti Gamelan Yuganada, Yayasan Bumi Bajra Sandhi, Kertha Art Performance, Sanggar Cudamani, Ubud Performing Art, Napak Tuju, Swaradanta dan Yayasan Janahita Mandala Ubud.

Selain itu, ‘Taksu Ubud’ juga menampilkan banyak seniman-seniman senior Bali yang telah berkarya puluhan tahun dengan penuh dedikasi pada seni dan pengembangan budaya seperti Agung Oka Dalem dan Cok Sri (seniman tari), Aryani Williems (aktor senior), Desak Nyoman Suarti (seniman motif tradisi) dan Made Sukadana Gender (seniman dalang).

Lebih dari itu, ‘Taksu Ubud’ juga menampilkan aktor-aktor Indonesia yang sudah tidak asing lagi namanya yaitu Reza Rahadian dan Christine Hakim.

Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia menjelaskan dengan melakukan kesenian, masyarakat Ubud berhubungan dengan Tuhannya dan membina hubungan baik juga dengan sesama manusia.

Adat dan tradisi masyarakat Ubud ini yang juga menarik wisatawan lokal dan dunia untuk datang ke Ubud dan melihat serta merasakan taksu-nya Ubud.

Happy Salma, selaku produser bagi pementasan ini menjelaskan bahwa Taksu Ubud’ terinspirasi dari alam, gerak, tutur dan rasa ikhlas yang tidak berputus asa dari teman-teman di Bali, khususnya Ubud yang memang dekat di hatinya secara pribadi.

Kesenian di Bali terutama selalu menjadi jendela keindahan Indonesia. Pada masa sekarang ini rasanya penting memberi ruang untuk para pelakunya mengekspresikan perasaannya. Upaya kecil tapi penting untuk dilakukan.

Pentas ‘Taksu Ubud’ telah direkam beberapa waktu lalu bertempat di Arma Museum, Ubud sebagai tuan rumah. Masyarakat dapat menikmati pementasan ‘Taksu Ubud’ secara daring yang ditayangkan perdana pada Selasa, 6 Juli 2021 pukul 19.00 WIB di kanal Youtube Budaya Saya. ‘Taksu Ubud’ dapat disaksikan secara bebas selama satu minggu hingga tanggal 12 Juli 2021.