Ilustrasi UMKM Perempuan. (Foto: JPNN)

Jakarta, MNEWS.co.id – Pandemi COVID-19 telah menimbulkan efek berarti bagi kehidupan banyak orang, termasuk perempuan. Salah satu dampak yang paling terasa adalah dampak ekonomi. Tidak sedikit perempuan yang kesulitan mencari pekerjaan atau membangun bisnis di situasi sulit seperti sekarang.

Kondisi ini yang mendasari Standard Chartered Bank Indonesia untuk meluncurkan program komunitas baru, COVID-19 Economic Recovery Programme pada Selasa (31/8/2021).

Program ini hadir untuk mendukung kaum muda, khususnya perempuan pengusaha UMKM agar dapat pulih dari dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Program ini juga merupakan bagian dari Futuremakers yang merupakan inisiatif global Standard Chartered untuk mengatasi kesenjangan dengan menggalakkan inklusi ekonomi bagi kaum muda, termasuk mereka yang terdampak oleh COVID-19, di negara-negara tempat Standard Chartered beroperasi.

Dilaksanakan oleh YCAB Foundation bersama dengan Youth Business International (YBI) dan didukung oleh pendanaan dari Standard Chartered Foundation, COVID-19 Economic Recovery Programme bertujuan untuk mendukung kaum muda antara 18-35 tahun yang berjuang untuk mencari pekerjaan atau memulai bisnis di lingkungan ekonomi yang menantang saat ini.

Peluncuran program COVID-19 Economic Recovery Programme. (Foto: Dok. Standard Chartered)

Dengan metodologi terkini, program ini mengintegrasikan elemen digital melalui pengembangan sistem pembelajaran pendidikan yang memiliki fitur Chatbot dengan Learning Management System (LMS) dan Helpline yang tertanam di dalamnya. Dirancang khusus untuk melayani pengusaha dengan literasi digital rendah, alat digital ini memanfaatkan platform WhatsApp untuk alasan kebiasaan dan kemudahan penggunaan.

Modul baru yang melengkapi pelatihan literasi keuangan dasar juga dapat diakses, yang mencakup informasi terkait COVID-19 (protokol kesehatan & pembaruan vaksinasi), manajemen stres, dan pelatihan tentang cara mengubah bisnis mereka.

Selain dukungan teknologi, pelatihan literasi keuangan serta akses ke dukungan permodalan dan sesi pendampingan kelompok rencananya juga akan diberikan kepada 10.000 pengusaha muda perempuan yang terpilih di 4 provinsi yakni area JABODETABEK, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebagai bentuk bantuan holistik bagi mereka yang paling terpukul oleh krisis akibat pandemi.

Diana Mudadalam, Head of Corporate Affairs, Brand & Marketing Indonesia & ASEAN Markets (Australia, Brunei, the Philippines), Standard Chartered mengatakan, “Melihat kondisi saat ini yang terjadi kepada para pelaku UMKM, setiap dukungan bagi para pengusaha muda sangat berarti untuk membantu masyarakat bangkit setelah diterpa pandemi.”

Standard Chartered Bank Indonesia meluncurkan program COVID-19 Economic Recovery Programme. (Foto: Dok. Standard Chartered Bank Indonesia)

Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa di awal pandemi di 2020, Standard Chartered telah menggulirkan program bantuan penanganan langsung COVID-19 untuk Indonesia sebesar Rp 7,1 miliar.

“Kami optimis bahwa COVID-19 Economic Recovery Programme yang mulai dijalankan tahun ini akan dapat membawa dampak positif dan dapat menjadi katalis bagi para pengusaha muda dan UMKM Indonesia untuk bangkit dan berkontribusi bagi pemulihan ekonomi nasional,” imbuh Diana dalam acara peluncuran program COVID-19 Economic Recovery Programme yang digelar secara online.

Veronica Colondam, CEO YCAB Foundation juga menjelaskan hal senada. Pihaknya bersemangat untuk menjadi bagian dari inisiatif global ini dalam mengambil langkah pertama yang diperlukan menuju pemulihan dan pertumbuhan baru.

“Melalui pendidikan dan pembiayaan inovatif, kami berkomitmen untuk mendukung pelaku usaha muda perempuan untuk berkontribusi pada pemulihan ekonomi setelah pandemi COVID-19,” ujar Veronica.

Sejalan dengan itu, Anita Tiessen, CEO Youth Business International menyatakan bahwa pihaknya mengapresiasi inisiatif yang dijalankan dan didanai oleh Standard Chartered Foundation untuk memperluas dan melanjutkan perjuangan memulihkan ekonomi.

Sepitowati, salah satu pemilik usaha mikro di Indonesia berbagi kisah tentang dampak pandemi COVID-19 terhadap usahanya. “Sebelum pandemi melanda, dua bisnis saya; sebuah kios makanan kecil dan bisnis penjahitan berjalan dengan baik. Pada tahun lalu, kedua bisnis itu berjuang karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara nasional,” ujarnya.

Selain itu, ada pula perubahan perilaku pembeli seperti banyak pelanggan setianya yang menganggur. Untuk membangun kembali dan mempertahankan bisnisnya, ia memerlukan akses ke dukungan keuangan dan menambah dengan keterampilan baru. Oleh karena itu, ia sangat senang dengan adanya Program Pemulihan Ekonomi COVID-19 bagi pelaku UMKM sepertinya.