MNEWS.co.id – Di tengah dinamika industri mobil bekas Indonesia yang kian
bergeliat, Otofrens menghadirkan solusi baru yang berbeda, menyasar segmen pasar yang
selama ini belum tergarap secara optimal oleh model bisnis lainnya.
Selama ini penjual mobil pribadi kerap dihadapkan pada dua pilihan, jual ke diler dan
platform jual instan tanpa repot dengan harga lebih rendah, atau jual santai ke pemakai
langsung tapi harus siap repot. Otofrens hadir menemani segmen yang ingin jual santai
tanpa repot. Sementara itu kelebihan untuk sisi pembeli adalah garansi dan layanan
selengkap diler, dengan transparansi dan harga kompetitif dari pemakai langsung.
Setiap mobil akan diinspeksi secara profesional, lalu dipasarkan dengan foto, video, dan
iklan yang optimal. Penjual dapat memantau seluruh prosesnya secara online, hingga
bertemu dengan calon pembeli serius untuk negosiasi final.
Dengan demikian, penjual tidak perlu lagi melayani calon pembeli yang kurang serius, pedagang yang menawar dengan harga di bawah pasaran, ataupun modus penipuan dari oknum kriminal.
Selama proses pemasaran, mobil tetap dapat digunakan oleh pemilik karena tidak perlu
dititipkan. Komisi pun hanya dibayarkan setelah dan apabila mobil sukses terjual melalui
Otofrens.
Sementara itu calon pembeli akan mendapatkan laporan inspeksi yang komprehensif,
sehingga sudah mempunyai ekspektasi yang tepat sebelum melihat mobilnya langsung,
yang dapat dilakukan di lokasi penjual maupun layanan home test drive di lokasi pembeli.
Pembeli pun akan dimanjakan dengan garansi mesin & transmisi, jaminan bebas banjir &
tabrakan, opsi kredit yang jujur & lengkap, reparasi, hingga pengurusan dokumen. Dengan
berbagai nilai tambah tersebut, praktis mobil berkesempatan terjual dengan harga terbaik,
walaupun masih lebih kompetitif dari harga jual diler.
David Alexander, co-founder & CEO Otofrens mengatakan, model bisnis yang diusung pihaknya berbeda dari diler konvensional sehingga menjadikan prosesnya lebih efisien dan transparan.
Tanpa memegang stok sendiri, lanjut David, komisi yang diterapkan oleh Otofrens jauh lebih rendah dari margin keuntungan diler. Kondisi mobil pun dapat dilihat dengan apa adanya,
dan jika diperlukan pembeli dapat memilih opsi reparasi sesuai keperluan.
Hasilnya adalah solusi yang win-win bagi penjual dan pembeli dari segmen yang sesuai.
“Kami ini ibaratnya biro jodoh mempertemukan penjual dan pembeli yang pas. Misi kami
adalah menjadi teman jual beli mobil yang jujur dan andal bagi kedua belah pihak,” tambah
David.
Semua ini barulah sebuah langkah awal untuk mewujudkan mimpi besar Otofrens bagi
industri mobil bekas. Saat ini lanskap industri didominasi oleh dua kubu. Di satu sisi segelintir diler besar dan beberapa platform raksasa yang belakangan fokus pada layanan jual instan.
Mereka, jelas David, pada dasarnya mengadopsi model diler konvensional dengan modal yang jauh lebih besar dan dukungan teknologi.
Di sisi lain, ada banyak sekali makelar dan pedagang rumahan yang masih bekerja secara
tradisional dan sering kali kurang transparan. Ibarat gunung es, keberadaan mereka
mungkin tidak sekasat mata para pemain besar tadi, di mata masyarakat awam.
Dikotomi ini persis seperti yang terjadi di industri transportasi beberapa tahun silam, hingga
revolusi digital oleh ojek/taksi online berhasil membawa kebaikan bagi pelaku usaha dan
konsumen.
Mimpi besar Otofrens adalah transaksi antar pemakai langsung yang 100% transparan
tanpa batas jarak & waktu, serta kesempatan bagi siapapun utk berkontribusi dan mencari
rezeki. Atau singkatnya menjadi seperti ojol untuk industri mobil bekas.
“Kami percaya suatu hari orang dari Sumatra bisa beli mobil dari Jawa tanpa perlu datang.
Kami percaya suatu hari banyak orang awam yang bisa ikut mencari nafkah secara jujur
melalui Otofrens,” ungkap Onie Sunoto selaku co-founder & CTO Otofrens.
Dengan mengusung konsep sharing economy, layanan Otofrens dilakukan oleh ‘Teman Jual
Beli Mobil’, layaknya pengemudi ojol yang terbuka untuk semua kalangan. Bahkan ke
depannya konsep Teman ini juga akan diterapkan ke UMKM pendukung ekosistem seperti
bengkel, biro jasa, dll. Sama seperti ojol yang turut membawa dampak positif bagi warung
makan dan UMKM lainnya.
“Keberadaan kami bukan bertujuan menggantikan atau mematikan makelar dan pedagang
rumahan. Justru sebaliknya kami ingin merangkul mereka untuk bekerja lebih efektif dengan
dukungan teknologi,” jelas Onie.
Otofrens didirikan oleh dua co-founder, David Alexander yang menggawangi sisi bisnis dan
Onie Sunoto yang memotori sisi teknologi, serta beberapa angel investor yang percaya pada
visi misinya. David telah berkecimpung di dunia digital selama lebih dari satu dekade,
sempat menggawangi kategori mobil bekas di OLX Indonesia, dan aktif di beberapa
asosiasi. Onie sebagai praktisi teknologi kawakan telah sukses menelurkan beberapa
startup, termasuk menjadi salah satu pelopor iklan baris di Indonesia dengan platform
MobilMobil.
Sebelum didirikan dengan nama usaha PT Otofrens Teman Favorit, startup ini telah
beroperasi dengan skala terbatas menggunakan nama Prodiler. Setelah melewati fase
eksperimen dan penyempurnaan model bisnis, akhirnya Otofrens didirikan, dengan nama
baru yang dirasa lebih representatif terhadap misi & visinya. Babak baru ini juga merupakan
wujud keseriusan para co-founder untuk membawa startup ini lepas landas dalam waktu
dekat.
“Sebagai pencinta otomotif, kami tidak puas dengan kondisi industri saat ini dan arahan
yang diusung oleh para pemain besar. Maka itu kami memilih untuk berjuang melalui startup ini demi mewujudkan mimpi kami untuk industri. Hal ini hanya dapat terwujud dengan
dukungan teman-teman pelaku dan pencinta otomotif sekalian,” tutup David.