Jakarta, MNEWS.co.id – Awal tahun ini, Indonesia menghadapi berbagai masalah komoditi pangan. Mulai dari kenaikan harga kedelai dan daging sapi yang berujung pada keterbatasan stok di pasar. Selain itu juga diduga ada kebocoran beras impor.
Menanggapi hal itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira, menyarankan agar pemerintah lebih memperkuat produk pangan lokal, daripada tergantung pada impor.
Menurutnya, masalah kenaikan harga pangan lebih bersumber dari sisi pasokan. Misalnya di awal Januari harga kedelai impor yang mahal membuat harga tempe dan tahu naik. Begitu juga terjadi pada harga daging sapi karena kendala pasokan impor khususnya dari AS.
“Untuk cabai lebih disebabkan oleh faktor cuaca yakni curah hujan tinggi. Bencana alam di beberapa daerah juga berpengaruh pada produksi pangan dan logistik,” ujarnya dilansir dari Liputan 6.
Sementara sisi permintaan masih lesu, apalagi adanya pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Jawa Bali yang diperpanjang dari 26 Januari hingga 8 Februari 2021. Sehingga berimbas kepada restoran yang biasa membeli bahan baku pangan jadi terbatas jam operasionalnya.
“Justru pemerintah harus antisipasi pasokan pangan khususnya jelas ramadhan, karena harga bisa naik lebih tinggi. Serta Pemerintah harus memastikan subsidi pupuk merata dan tidak terlambat serta inovasi pertanian bisa didorong secara paralel,” ungkapnya.
Bhima menambahkan selama ketergantungan komoditas impornya tinggi maka ketahanan pangan bisa rentan. Dolar menguat sedikit saja harga naik di pasaran, ada kesulitan pasokan juga buat harga pangan naik.
Sementara itu, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) memprediksi harga cabai rawit merah akan kembali normal pada Februari 2021, lantaran akan terjadi panen raya di akhir Januari ini.
“Saya punya keyakinan Februari baru pada posisi normal, karena panen raya juga akan terjadi akhir bulan ini kan kalau nggak salah,” kata Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri.
Abdullah mengatakan harga cabai rawit merah di awal tahun 2021 berada di kisaran Rp85.000-Rp 90.000 per kilogram. Bahkan beberapa pedagang ada yang menjual di angka Rp100 ribu per kilogram.
Kenaikan harga tersebut disebabkan beberapa faktor, diantaranya pasokan dari petani minim. Sebab para petani tidak memproduksi atau tidak menanam cabai rawit merah. Ini kasusnya terjadi pada saat periode panen raya kemarin, lantaran tidak terserap dengan baik dan harganya drop.
Selain faktor cuaca dan petani, harga cabai rawit merah mahal juga disebabkan karena daya beli masyarakat menurun dan permintaan rendah. Oleh karena itu, untuk mengakali agar harga cabai rawit merah tidak terlalu mahal maka sebagian pedagang ada yang menjual secara dioplos atau dicampur dengan cabai rawit hijau.