Jakarta, MNEWS.co.id – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio menginginkan para pelaku Ekonomi Kreatif (Ekraf) memahami sepenuhnya ekosistem yang ada sehingga dapat menciptakan peluang-peluang baru serta keseimbangan antara pemain lokal dan asing di pasar tanah air.
Wishnutama menjelaskan, selain regulasi untuk melindungi hak kekayaan intelektual, pemahaman ekosistem ekonomi kreatif menjadi tantangan ke depan bagi pelaku ekonomi kreatif di Indonesia.
“Tantangan ekonomi kreatif ke depan adalah memahami ekosistem ekraf itu sendiri. Bukan lagi memikirkan bagaimana mendesain, memproduksi, mengemas, memasarkan dan sebagainya,” katanya.
Wishnutama menambahkan bahwa ekonomi kreatif adalah tentang bagaimana para pelaku berkreasi menciptakan suatu konsep atau ide. Kemudian memproduksi, memasarkan, mendistribusikannya hingga mempelajari dan memahami perilaku konsumen.
Indonesia merupakan pasar yang sangat besar bagi produk-produk ekonomi kreatif. Bahkan di tahun 2045, Indonesia diprediksi menjadi negara dengan ekonomi nomor empat terbesar di dunia. Untuk itu, menurut Menparekraf, penting bagi pelaku ekonomi kreatif untuk benar-benar memahami ekosistem yang ada.
“Saya tahu di e-commerce komponen produk ekonomi kreatif itu bisa 60 sampai 70 persen. Tetapi produk buatan Indonesia hanya 10 persen dari produk ekonomi kreatif yang dijual di e-commerce,” kata Wishnutama.
Padaa kesempatan yang sama, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah memaparkan bahwa di era revolusi industri 4.0, manusia tidak lagi menjadi satu-satunya penggerak utama. Sebab, perkembangan teknologi dan informasi memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan ketenagakerjaan.
“Karakter industri pun berubah tidak lagi berbasis pada sumber daya alam (SDA) melainkan berbasis pengetahuan, inovasi, SDM. Jadi, beranilah bersaing,” katanya.