Ilustrasi literasi digital konsumen. (Foto: freepik/rawpixel-com)

MNEWS.co.id – Dalam beberapa tahun terakhir, ekonomi digital telah tumbuh pesat di Indonesia. Dengan semakin banyaknya transaksi online melalui e-commerce, layanan keuangan digital, dan berbagai platform digital lainnya, penting bagi konsumen untuk memiliki pemahaman yang baik mengenai hak, kewajiban, dan risiko yang ada di dalam ekosistem digital ini.

Literasi digital yang baik bukan hanya membantu konsumen membuat keputusan yang tepat, tetapi juga menjaga keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi di dunia maya.

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki juga menekankan pentingnya edukasi dan literasi bagi konsumen di pasar ekonomi digital agar tidak tertipu dengan produk impor yang murah namun ternyata tidak berkualitas bagus.

“Konsumen kita di pasar online itu begitu mudah tergiur dengan produk impor karena harga murah. Sehingga, mereka banyak yang tertipu dengan kualitas produknya,” ucap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam acara peringatan Hari UMKM Nasional bersama Komunitas Mitra Merchant Grab Indonesia di Jakarta, Sabtu (7/9/2024).

Teten meyakini bila konsumen terus diedukasi dan diliterasi dengan baik, akan meningkatkan pemasaran produk-produk lokal yang justru lebih berkualitas.

Teten mengakui, ekonomi digital tumbuh sangat pesat, namun juga mengakibatkan persaingan yang semakin ketat dengan perusahaan besar dan platform e-commerce internasional.

“Ini juga yang menimbulkan tantangan, terutama dalam praktik harga predatory,” ucap Menteri Teten.

Bahkan, lanjutnya dominasi produk impor di platform digital menjadi isu utama, dengan sekitar 90% barang yang dijual berasal dari impor. Ini mengurangi kesempatan bagi UMKM lokal untuk bersaing di pasar global.

“Kemudian, pemerintah berupaya melindungi UMKM melalui penerapan Permendag Nomor 31 Tahun 2023, yang bertujuan untuk memberikan perlindungan yang komprehensif bagi UMKM di era ekonomi digital,” ujar Teten.

Bagi Teten, digitalisasi merupakan akselerator perkembangan usaha UMKM. MSME Empowerment Report pada 2022 mencatat digitalisasi telah memberikan manfaat besar bagi peningkatan kinerja usaha UMKM.

“Penjualan meningkat rata-rata 84,2%, efektivitas operasional meningkat 73%, perluasan pasar mencapai 62,8%, dan efisiensi biaya 50,7%,” kata Menteri Teten.

Oleh karena itu, Teten berharap sektor swasta salah satunya Grab Indonesia agar tetap konsisten untuk terus mengutamakan produk dalam negeri, berkolaborasi lebih erat dengan pelaku UMKM, pemerintah, dan sektor swasta lainnya.

Dalam kesempatan yang sama, Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyatakan bahwa pihaknya akan terus fokus pada langkah edukasi dan literasi untuk membantu para pelaku UMKM untuk memasarkan produk di platform digital yang aman, cepat, dan mampu menjangkau pasar yang luas. 

“Termasuk banyak pelatihan-pelatihan strategi, pemasaran, dan sebagainya, dalam upaya mendukung pengembangan UMKM,” kata Neneng.

Neneng menyebutkan, sejak 2020, tepatnya saat pandemi COVID-19, ada sekitar 2,3 juta peluang kerja di aplikasi Grab.

“Bahkan, sudah tersalurkan sebanyak Rp1 triliun bagi 25 ribu pelaku UMKM lewat aplikasi Grab Modal,” ucap Neneng.

Neneng menegaskan, Grab akan terus meningkatkan langkah dan upaya-upaya tersebut agar lebih banyak lagi pelaku UMKM bisa naik kelas, hingga mampu bermain di pasar ekspor.

“Saya percaya UMKM Indonesia semakin mampu dan berdaya saing tinggi,” kata Neneng.

Neneng juga mengapresiasi kolaborasi dengan KemenkopUKM selama lima tahun terakhir ini dalam upaya mendukung pemberdayaan UMKM di Indonesia melalui digitalisasi.

“Kita berkolaborasi sejak pandemi COVID-19 terjadi pada 2020 hingga saat ini ketika bisnis UMKM mengalami pertumbuhan yang semakin signifikan melalui digitalisasi atau pemasaran online,” ucap Neneng.