Jakarta, MNEWS.co.id – Kementerian Perdagangan (Kemendag) memaparkan masa pandemi Covid-19 menjadi momentum suburnya sektor pertanian di dalam negeri. Sebab masyarakat kini lebih percaya mengkonsumsi produk lokal ketimbang impor.
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Kasan Muhri mengatakan permintaan buah lokal meningkat beberapa waktu terakhir. Masyarakat Indonesia lebih memilih produk lokal karena khawatir buah yang diimpor tidak bebas Covid-19.
“Di dalam negeri, selama pandemi covid-19 saya melihat ini menjadi kesempatan produk pertanian lebih banyak dikonsumsi, karena dengan pola yang cenderung lebih sehat itu menjadi hal positif untuk perkembangan pertanian,” katanya.
Permintaan untuk produk bukan hanya tumbuh di Indonesia, melainkan juga dari luar negeri. Berdasarkan catatan Kemendag, nilai ekspor untuk sektor pertanian sepanjang Januari-Agustus 2020 naik hampir 9 persen.
“Yang menarik produk-produk pertanian Indonesia itu banyak diserap negara besar, salah satunya China. Produk pertanian yang diekspor ke China share-nya 20 persen dari total ekspor,” tambahnya.
Kasan menjelaskan beberapa ekspor produk pertanian yang tumbuh di masa pandemi corona, antara lain sayuran naik 68,69 persen, jambu, manggis, dan mangga naik 134,49 persen. Kemudian, pala naik 32,17 persen, kayu manis naik 107,32 persen, kelapa naik 189,19 persen, cengkeh naik 14,09 persen, kacang mete naik 73,01 persen, kapulaga naik 96,54 persen.
Menariknya, ekspor ke sejumlah negara juga naik. Rinciannya, ekspor ke China naik 35,14 persen, Prancis naik 19 persen, Spanyol naik 196,17 persen, Iran naik 297,47 persen, Pakistan naik 17,89 persen, Rusia naik 68 persen, Jepang naik 53,78 persen, Hong Kong naik 9,51 persen, dan Filipina naik 100,59 persen.
Meski penjualan di dalam dan luar sektor pertanian tumbuh, tapi ada beberapa tantangan yang menjadi perhatian pemerintah. Beberapa tantangan itu, antara lain akses pasar, isu lingkungan, daya saing, biaya logistik masih tinggi, dan penerbangan ke negara tujuan terbatas.
“Komoditas pertanian juga bersifat market oriented, petani dituntut untuk mampu membaca peluang pasar dan menyesuaikan dengan tren dan preferensi konsumen,” ungkap Kasan.