Ilustrasi petani kopi. (Foto: Detik.com)

MNEWS.co.id – Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia.

Dikutip dari detik.com, Indonesia menduduki posisi keempat sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia.

Indonesia bahkan disebut sebagai negara pengekspor kopi terbesar. BPS mencatat beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor kopi Indonesia pada tahun 2021 antara lain Amerika Serikat, Mesir, Spanyol, Malaysia, dan Jepang.

Petani dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor komoditas ini tentunya memiliki peran penting dalam memperkuat perkembangan industri kopi. 

Pemanfaatan platform kemitraan sosial dapat menjadi sebuah solusi yang efektif dalam meningkatkan produktivitas serta daya saing petani dan UMKM kopi.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa optimistis dengan hadirnya platform kemitraan sosial dapat meningkatkan produktivitas kopi dan keberlanjutan pengembangan agroforestri secara efektif dan efisien untuk memperkuat ketahanan pangan.

“Dengan adanya platform ini, saya optimistis dapat memfasilitasi penguatan kelembagaan KPS dan UMKM untuk mendukung percepatan pengembangan usaha perhutanan sosial,” kata Khofifah saat menhadiri peluncuran Platform Kemitraan Sosial Socio Forest bersama Perum Perhutani, Kementerian BUMN, dan KLHK di Kampung Kopi Kluncing, Desa Sukarejo, Kecamatan Sumberwringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur beberapa waktu yang lalu.

Khofifah menjelaskan bahwa platform Socio Forest merupakan aplikasi yang berfungsi untuk memantau cara kerja sekaligus meningkatkan komunikasi antara petani kopi, pendamping, serta Perhutani selaku pengelola lahan.

Menurutnya, aplikasi ini multimanfaat dan dapat membantu memperluas jangkauan penyedia permodalan dengan petani, mengetahui data petani kopi, ketersediaan lahan, riwayat budi daya serta update progres yang sudah dan belum dikerjakan.

Khofifah menjelaskan, Socio Forest merupakan platform digital kemitraan sosial dari 88 Proyek Strategis Kementerian BUMN.

Platform ini, lanjutnya, dikembangkan dengan strategic delivery unit (SDU) dalam meningkatkan produktivitas agroforestri, optimalisasi lahan hutan serta penyelarasan kepentingan para pihak dalam upaya transportasi model bisnis kerja sama sosial.

“Platform ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan komunikasi dalam melaksanakan pemantauan, kerja sama, dan budi daya,” jelasnya.

Khofifah menjabarkan jika platform kemitraan sosial ini dapat menjembatani komunikasi serta mengakomodir kebutuhan berbagai pihak yang terdiri dari Perhutani selaku pengelola kawasan hutan, petani hutan selaku penggarap, instansi pemerintahan dan lembaga pendidikan selaku pendamping, pengepul atau pembeli hasil produksi selaku off taker, penyedia sarana produksi pertanian, dan penyedia permodalan.

“Dengan demikian, akan mudah mengakses informasi ketersediaan lahan yang dapat dikerjasamakan maupun yang sedang dikerjakan,” kata Khofifah.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohang mengatakan, aplikasi ini membangun ekosistem bersama untuk mendukung pilot project bagi masyarakat pengelola hutan sosial di kawasan Perhutani.

“Tugas kami bersama-sama untuk mengelola komoditas pangan dan di kawasan ini memang ‘Republik Kopi’ miliknya Bondowoso, khususnya agar dioptimalkan komoditas tersebut,” ujarnya.