Ilustrasi. Foto: Marketing Daily Advisor.
Ilustrasi. Foto: Marketing Daily Advisor.

Jakarta, MNEWS.co.id – Dalam membangun sebuah ​brand​, ada kiat-kiat yang bisa dilakukan para pegiat pemasaran, khususnya untuk menarik perhatian pelanggan potensial yang sesuai dengan target perusahaan.

Baik perusahaan besar maupun para perintis, berbagai strategi marketing gencar dilakukan untuk dapat membangun citra serta mengenalkan produk yang dimiliki.

Salah satunya adalah dengan mengandalkan pemasaran digital yang dapat diakses dengan mudah melalui berbagai ​channel seperti media sosial dan ​website​. Di sisi lain, strategi atas ‘omongan orang’ atau rekomendasi dari orang sekitar turut diperhitungkan keberhasilannya dalam menarik lebih banyak lagi pelanggan.

Menurut data Nielsen, 92% orang mempercayakan rekomendasi yang datang dari teman atau keluarga dibandingkan dari produk dan layanan yang ditampilkan melalui iklan. Bahkan penelitian akademis pun menyatakan bahwa strategi ​Word of Mouth (WoM) mampu secara efektif mengkonversi target potensi pelanggan menjadi pelanggan sungguhan. Disinyalir 10 persen peningkatan ​Word of Mouth (WoM) baik secara luring maupun daring, mampu menghasilkan peningkatan penjualan sebanyak 0,2-1,5 persen.

Bayu Ramadhan, VP Brand & Marketing Moka​, ​startup penyedia layanan ​point of sales untuk bisnis menyatakan bahwa strategi ​Word of Mouth (WoM) membantu tim dalam mempercepat waktu yang diperlukan bagi pelanggan dalam mengambil keputusan.

“Dalam market B2B (​business to business),​ periode untuk mengambil keputusan biasanya akan lebih lama dibandingkan dengan ​market B2C. Di sini peran strategi ​Word of Mouth (WoM) dalam memotong periode waktu karena unsur ​trust dapat mendorong lebih cepat,” ujar Bayu dalam dalam acara konferensi regional Tech in Asia 2019 pada diskusi panel bertema “​Technology Era: How Digital & Word of Mouth Work Together” di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (9/10/2019).

Lebih lanjut, Bayu menjelaskan timnya seringkali mengaplikasikan strategi ZMOT-​Zero Moment of Truth ​berbentuk testimoni ke berbagai ​channel​-nya termasuk media sosial.

“Kami berkolaborasi dengan ​merchant ​kami yang tepercaya dan menjadi inspirasi bagi para pebisnis lainnya untuk dijadikan contoh dan panutan,” imbuhnya.

Kini, dengan berkembangnya teknologi dan cepatnya akses digital, strategi ​Word of Mouth (WoM) dapat lebih dimanfaatkan lagi melalui saluran daring dan turut dikombinasikan dengan pemasaran digital.

Menurut ​Erick Wicaksono, VP Marketing Bukalapak​, ​channel digital memiliki peran penting untuk menyebarluaskan ​Word of Mouth (WoM) lebih efektif.

​Word of Mouth atau sistem rekomendasi ini akan lebih berdampak luas dan besar dengan bantuan digital. Orang-orang akan lebih mudah mengaksesnya,” jelas Erick.

Hal yang sama diungkapkan oleh ​Dimas Novriandi VP Digital Banking PR, Social, & Content Lead Bank BTPN (Jenius) yang membagi strategi ​Word of Mouth (WoM) menjadi dua bentuk, yaitu ​inspirational dan ​intentional.

Pembeda di antara keduanya adalah, ​inspirational merupakan gabungan dari kisah-kisah organik dari para pengguna Jenius, sedangkan intentional menggunakan pesan utama yang menggambarkan nilai Jenius dengan menggunakan peran ​influencer​ yang mereka sebut ​co-creators.

Ketiga pembicara setuju bahwa kehadiran ​Word of Mouth (WoM) dapat diartikan sebagai strategi yang mempercepat penyebaran manfaat produk dan jasa. Tidak hanya ‘rekomendasi’ yang bersifat konvensional, mengkombinasikan ​Word of Mouth (​WoM) dengan ​channel ​digital pun dapat secara efektif menjadikan pengguna sebagai ​brand advisor ​atau pihak yang merekomendasikan produk dan jasa tersebut.