
Jakarta, MNEWS.co.id – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mengapresiasi kinerja Koperasi Produsen Angudi Logam Abadi karena sukses menghasilkan produk cangkul buatan dalam negeri dengan merek Cangkul Merah Putih.
“Saya bersyukur, Cangkul Merah Putih sekarang punya label Standar Nasional Indonesia (SNI). Akhirnya, Indonesia mampu swasembada cangkul sendiri,” ucap Teten.
Bahan baku pembuatan cangkul tersebut didukung oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Sementara, permodalan didukung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
Menkop Teten pun menyempatkan diri mengunjungi pabrik sekaligus tempat produksi Cangkul Merah Putih di Tulungagung, Jawa Timur (Jatim).
Pada kunjungan tersebut, Ia didampingi oleh Bupati Tulungagung Maryoto Birowo, Deputi Perkoperasian Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) Ahmad Zabadi, Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Hanung Harimba Rachman, serta Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi Suharyono.
Teten menambahkam, pada awal dirinya menjabat sebagai menteri, isu impor cangkul sempat menyeruak. Teten pun diminta oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mencari solusi mengatasi masalah tersebut. Ketika itu, bahan baku pembuatan cangkul menjadi permasalahan utama.
Cangkul Merah Putih merupakan program lokalisasi kolaborasi Kemenkop UKM bersama Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), serta BUMN untuk menekan impor cangkul.
Cangkul Merah Putih juga saat ini fokus mengisi pasar dalam negeri, terutama kebutuhan alat-alat pertanian yang sebagian besar masih impor. Namun, tidak tertutup kemungkinan cangkul ini bisa juga merambah ke pasar internasional.
Untuk itu, Teten menegaskan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengembangkan koperasi logam penghasil cangkul. Hal ini dilakukan agar Indonesia bisa memproduksi alat pertanian lain. Dalam memperkuat koperasi industri logam, Kemenkop UKM menekankan beberapa faktor utama.
Pertama, memastikan ekosistem cangkul terjaga cukup baik melalui suplai logam dari Krakatau Steel dengan harga yang kompetitif. Kedua, akses pasar produk yang dapat diserap oleh pemerintah, kementerian, dan lembaga sehingga koperasi bisa meningkatkan produk dari sisi kualitas dan kuantitas.
Terkait hal tersebut, pemerintah telah mengalokasikan 40 persen belanja pemerintah lewat Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa (LKPP) untuk menyerap produk UMKM. Salah satunya adalah alat-alat pertanian.
Ketiga, Kemenkop UKM terus memperkuat akses pembiayaan lewat LPDB-KUMKM, termasuk lewat kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga yang sangat rendah dari perbankan dan disubsidi oleh pemerintah. Selain di Tulungagung, koperasi sektor logam dengan produk cangkul juga fokus dikembangkan di Sukabumi, Klaten, dan Tegal.
“Saya optimistis industri logam, terutama cangkul, bisa terus berkembang. Sebab, selama dua tahun ini, isu impor cangkul sudah tak ada lagi. Bahkan dari segi kualitas, saya sudah coba adu sendiri dengan produk impor, Cangkul Merah Putih punya Indonesia kuat,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Koperasi Angudi Logam Abadi Suharyono mengatakan bahwa koperasi yang ia kelola mampu memproduksi 4.000 cangkul per bulan. Ia pun bersyukur, produk Cangkul Merah Putih kini mendapat sertifikat SNI.
Bupati Tulungagung Maryoto Birowo juga menyatakan dukungannya. Ia mengatakan, momentum tersebut merupakan bentuk keberpihakan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka peningkatan daya saing sektor UMKM di tingkat nasional serta global.