Produk Strawberry Patch. (Foto: Strawberry Patch)

Jakarta, MNEWS.co.id – Ada banyak alasan untuk mencintai produksi dalam negeri dan sudah merupakan keharusan bagi masyarakat agar produk lokal bisa bersaing di pasar internasional. Namun, tidak dapat dipungkiri ternyata sebagian masyarakat Indonesia sering merasa lebih berkelas ketika memakai produk berlabel luar negeri.

Begitu pula dengan minat masyarakat terhadap produk kerajinan tangan lokal bisa dikatakan fluktuatif dari waktu ke waktu. Ada kalanya berjaya karena banyak disukai, kadang meredup akibat kalah bersaing dengan produk asing.

Dengan niat ingin mengembangkan produk kerajinan lokal dengan kualitas yang baik, membuat Ayu Husodo, pemilik usaha Strawberry Patch, menggeluti bisnis produk handmade sejak tahun 2007.

Ide usaha tersebut muncul saat Ayu tinggal di Sidney, Australia, ketika terlintas dalam benaknya untuk membuat mainan anak yang memiliki fungsi ganda. Sehingga saat mengawali memulai usahanya Ayu menjatuhkan pilihan untuk membuat bantal dalam bentuk boneka.

Melalui bisnis Strawberry Patch, Ayu mengkonversikan ide kreatif menjadi produk handmade yang unik dan menjadi ciri khas dari usahanya. Seluruh produk yang dihasilkan, tidak terlepas dari kejeliannya dengan memadukan kain katun bermotif dengan katun batik cap hingga dirangkai menjadi berbagai jenis produk.

Tidak hanya memproduksi bantal yang unik, Strawberry Patch juga menghadirkan berbagai produk menarik mulai dari tas kain, masker, pouch, celemek, cover pot tanaman, pakaian khusus anak-anak, dan berbagai pernak-pernik kecil lainnya. Untuk harga produk berkisar mulai dari Rp25.000,- hingga Rp300.000,-.

Salah satu keunggulan produk Strawberry Patch terletak pada desain yang dibuat secara langsung oleh Ayu yang sekaligus menjadi desainer inhouse untuk produknya. Selain itu, perpaduan warna produk yang dihadirkan juga menjadi signature dari usahanya.

“Kami melakukan tes berkali-kali sebelum produk kami jual di pasar, untuk memastikan kualitas produk kami sesuai dengan yang standar baik secara lokal ataupun internasional,” ujar Ayu kepada M-News.

Ia menambahkan, pihaknya bekerja sama dengan pabrik tekstil yang memproduksi barang untuk kualitas ekspor dengan standar SNI. Sementara untuk batik, Ayu bekerja sama dengan pengrajin dengan memperhatikan bahan baku,  pewarna natural, maupun penanganan limbah pembuatan batik.

Untuk pembuatan produk, Ayu mengatakan tidak menggunakan outsourcing sehingga proses produksi dapat dikontrol demi menjaga kualitas yang terbaik. Produksi juga dikerjakan di lingkungan yang bersih dan aman dari pencemaran, misalnya asap rokok yang bisa mencemari kualitas kain. Saat ini, Ayu memiliki workshop inhouse yang terletak di Ciputat, Tangerang Selatan.

Ayu menceritakan di tahun 2012 hingga 2018, Strawberry Patch memiliki beberapa gerai yang terletak di di Pondok Indah Mall, LippoMall Kemang Village, serta beberapa lokasi di Kemang yang menjual produknya.

Namun di tahun 2018, Ia sudah memiliki rencana untuk lebih fokus berjualan secara online dan menutup semua toko offline-nya yang terletak di pusat perbelanjaan. Hal ini dikarenakan sejak Strawberry Patch berdiri di tahun 2007, Ia sudah melayani penjualan melalui website untuk pelanggan yang berada di luar Indonesia.

“Karena ketika marketplace mulai berkembang di Indonesia tahun 2015-2016, kami sudah bergabung dengan beberapa marketplace besar meskipun penjualan masih kalah jauh dengan penjualan offline dari toko pada saat itu,” ungkap Ayu.

Oleh karena itu, memasuki masa pandemi di awal tahun 2020, Ayu lebih fokus untuk memanfaatkan penjualan online untuk menjajakan produknya serta mencakup pelanggan baru. Saat ini Ia menggunakan media sosial seperti Instagram, website, marketplace, hingga e-commerce, dan juga penjualan toko offline yang terletak di Jl. Pangeran Antasari, Cilandak, Jakarta Selatan.

Melalui penjualan online, Ayu juga memfokuskan penjualan ke pasar luar negeri. Sejak 2007 hingga kini, produk Strawberry Patch sudah dikirim ke berbagai negara mulai dari Amerika Serikat, Australia, Singapura, Italia, Inggris, dan Afrika Selatan.

Ke depannya, Ayu ingin mengembangkan produknya agar lebih dikenal oleh pasar lokal. Menurutnya, masa pandemi saat ini merupakan momen yang tepat untuk tetap berada di usaha yang sama karena produk lokal berkembang pesat dan banyak diminati.