Masyarakat Asia Tenggara Rela Membayar Lebih Mahal Demi Produk yang Dukung Conscious Lifestyle
Ilustrasi. (Foto: Anyaivanova/Freepik)

Jakarta, MNEWS.co.id – Penelitian yang dilakukan oleh Hakuhodo Institute of Life and Living ASEAN (HILL ASEAN) menunjukkan bahwa lebih dari 50 % masyarakat ASEAN mempraktikkan conscious lifestyle atau gaya hidup berkesadaran.

Conscious lifestyle merupakan gaya hidup di mana seseorang menyadari akibat dari konsumsi produk yang ia lakukan. Gaya hidup semacam ini mendukung aspek ramah lingkungan, keberlanjutan, dan mempertimbangkan dampak sosial.

Berdasarkan penelitian yang berjudul “The Rise of Conscious ASEANs: Why should you CARE?” tersebut, HILL ASEAN memperkenalkan sebuah istilah baru yaitu The Consciouslites yaitu masyarakat yang telah sepenuhnya sadar menjalankan gaya hidup bertanggung jawab dalam keseharian.

“Ini merupakan segmentasi masyarakat baru yang akan mendominasi pasar dalam waktu dekat,” tutur Devi Attamimi, Institute Director HILL ASEAN dan Executive Director Strategy Hakuhodo International Indonesia.

Hadirnya The Consciouslites terbukti dengan gaya konsumsi masyarakat ASEAN yang semakin berkesadaran. Mereka secara pro aktif mencari brand yang memberi kontribusi positif bagi lingkungan.

Sebanyak 78% masyarakat ASEAN secara aktif mencari brand yang berdampak positif dan punya tujuan baik. Sementara 82% masyarakat ASEAN akan beralih ke brand lain jika brand tersebut memiliki misi lebih positif dengan kualitas produk yang sama. Di samping itu, 85% masyarakat ASEAN berharap ada lebih banyak brand yang mendukung conscious lifestyle dan berdampak positif.

Lantas apa saja yang dipertimbangkan masyarakat ASEAN dalam memilih brand?

Dampak lingkungan menduduki peringkat ketiga setelah fungsi dan harga. Meyakini pentingnya produk yang mendukung consciouslifestyle, mayoritas masyarakat ASEAN rela mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli produk yang berkesadaran lingkungan.

Sebanyak 81% masyarakat ASEAN tak keberatan membayar lebih mahal untuk produk berkesadaran. Mereka rela membayar 20% di atas harga produk biasa, bahkan lebih mahal lagi.

Sementara itu di Indonesia, 31% masyarakat bersedia membeli produk berkesadaran dengan harga lebih mahal hingga 20% daripada produk biasa. Sedangkan 43% masyarakat Indonesia bersedia membeli produk berkesadaran dengan harga 20% di atas harga produk biasa atau lebih.

Ini menunjukkan sebuah tren positif bahwa bahwa mayoritas konsumen ASEAN mencari makna produk yang mereka beli. Mereka bersemangat untuk mempelajari brand yang mereka konsumsi dan memastikan brand tersebut melakukan aksi nyata secara berkelanjutan.