Stasiun Velodrome LRT Jakarta. (Foto: Kompas.com)

Jakarta, MNEWS.co.id – Anak usaha BUMD DKI, PT Jakarta Propertindo (Jakpro) yakni LRT Jakarta memberi kesempatan para pelaku UMKM untuk membuka usaha baru di sekitar stasiun, guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan membangkitkan sektor ini dari wabah Covid-19.

“Stasiun yang ada di LRT sangat memungkinkan untuk pemasangan ‘tenant’ maupun banyak hal lain yang bisa di-‘create’ di stasiun agar menciptakan ‘growth’ yang ada di stasiun sehingga menumbuhkan ekonomi baru di sekitarnya,” kata Direktur Utama LRT Jakarta Wijanarko.

Wijanarko menjelaskan, tidak hanya LRT di Jakarta, peluang usaha baru juga bisa tumbuh di kawasan transportasi kereta api di daerah lain. “Perkeretapiaan perkotaan bisa menjadi salah satu bidang UMKM atau usaha mikro kecil,” ujarnya.

LRT Jakarta mulai beroperasi pada 1 Desember 2019 dengan enam stasiun yang dilalui mulai Pegangsaan Dua di Kelapa Gading, Jakarta Utara hingga Velodrome di Jakarta Timur dengan total jarak 5,8 kilometer.

“Kami bermaksud untuk menjaring komunitas UMKM yang ada di sekitaran wilayah Jakarta agar bisa bangkit bersama dengan LRT di tengah pandemi untuk meningkatkan perekonomian dengan aset yang kami miliki,” tambah Wijanarko.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk Vidjongtius yang juga menjadi pembicara dalam diskusi tersebut mengatakan beragam bisnis sektor transportasi di antaranya kios serba ada. Selain itu, kios sehat, restoran dan jajanan, elektronik, toko oleh-oleh, kebutuhan hiburan keluarga, tur dan perjalanan, toko fesyen hingga toko koper.

Berdasarkan data Opus Creative Economy Outlook 2020, sektor ekonomi kreatif Indonesia diperkirakan mampu menyumbang hingga Rp1.100 triliun ke Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Sumbangan terbesarnya berasal dari tiga subsektor industri ekonomi kreatif, yaitu kuliner, fesyen, dan kriya (kerajian). Sementara salah satu sub sektor ekonomi kreatif yang tumbuh di tengah pandemi adalah perdagangan daring atau e-commerce.

Sementara itu, penyumbang PDB terbesar adalah kuliner sebesar 41,6 persen, fesyen sebesar 18,1 persen dan kriya 15,7 persen berdasarkan hasil survei khusus ekonomi kreatif oleh Bekraf dan BPS pada 2016.