Koleksi fesyen ramah lingungan berbahan jamur asal Indonesia karya MYCL debut di runway Paris Fashion Week. (Foto: Istimewa/Liputan 6)

Jakarta, MNEWS.co.id – Startup Mycotech Lab (MYCL) mendorong gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Belum lama ini, pada Juni 2021 saat Paris Fashion Week, MYCL berkolaborasi dengan merek streetwear dari Jepang, yakni Doublet meluncurkan koleksi fashion dengan bahan dasar Mylea.

Startup asal Indonesia ini menciptakan bahan dan produk dari bagian vegetatif seperti benang dari jamur yang dikenal sebagai miselium. Berangkat dari kekhawatiran terhadap banyaknya limbah jamur tiram yang dibakar karena tak terpakai, MYCL memanfaatkannya sehingga tidak ada sisa makanan yang terbuang.

Dengan sistem pengolahan yang mirip dengan tempe, MYCL mengikat miselium dengan limbah pertanian seperti sekam jagung dan serpihan kayu, lalu menumbuhkannya menjadi bahan yang disebut MyleaTM. Bahan ini tahan api, air dan fleksibel, bahkan dapat diubah menjadi berbagai kreasi kulit imitasi eksperimental.

Dalam pameran fashion tersebut, Doublet mengganti kulit dalam koleksi fashion ini dengan MyleaTM, bahan mirip kulit yang terbuat dari miselium jamur yang ditanam oleh perusahaan Biomaterial MYCL. Dibandingkan dengan kulit, MyleaTM dapat tumbuh menjadi bahan seperti kulit dengan waktu yang lebih singkat dan konsumsi air yang lebih sedikit. MyleaTM menggunakan karbon yang jauh lebih sedikit dan tidak memakai bahan kimia berbahaya atau logam berat dalam proses pembuatannya.

MYCL dan Doublet ingin mengajak masyarakat untuk berani menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan yang lebih baik dengan merasa percaya diri akan selera fashion mereka terlepas dari stereotype yang ada saat ini. MYCL percaya bahwa kepedulian terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan mulai menggunakan alternatif yang berkelanjutan, seperti beralih dari kulit hewani ke serat jamur.

Co-Founder MYCL, Ronaldiaz mengatakan penerapan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan bukanlah sebuah tren, melainkan sebuah kebutuhan. Ia mengatakan bukan bumi yang membutuhkan manusia, tapi manusia membutuhkan bumi.

“Dengan MYCL, kami mencoba menyelamatkan bumi dengan menawarkan alternatif yang berkelanjutan melalui penggunaan serat jamur sebagai pengganti kulit hewani. Kami senang misi keberlanjutan lingkungan kami ini sejalan bahkan mendapat dukungan dari institusi seperti Bank DBS,” katanya dikutip dari Liputan 6.

Pada tahun 2016, Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation memberikan dana hibah kepada MYCL melalui program DBS Foundation Social Enterprise (SE) Grant. Dana tersebut mendukung pengembangan prototipe bio-material berkelanjutan rancangan MYCL.

“Bank DBS Indonesia melalui DBS Foundation senantiasa mendukung tumbuh kembang wirausaha sosial di Indonesia yang berusaha menyelesaikan permasalahan sosial dengan menciptakan dampak positif bagi lingkungan. Kami menyediakan dukungan melalui berbagai program, dimulai dari sesi mentoring hingga dana hibah. Kami senang melalui program serta pembinaan yang kami lakukan dapat berkontribusi positif terhadap perkembangan MYCL,” kata Executive Director, Head of Group Strategic Marketing & Communications, PT Bank DBS Indonesia Mona Monika.

Selain dana hibah, DBS Foundation juga memberi bimbingan pada MYCL untuk membantu mengatasi berbagai tantangan bisnis. Setelah berhasil mengembangkan prototipe kerja dan model bisnis yang dapat diskalakan, MYCL kembali dianugerahi dana hibah oleh DBS Foundation pada 2018. Tujuannya untuk mendukung rencana mereka dalam meningkatkan produksi dan menetapkan strategi kekayaan intelektual.