Jakarta, MNEWS.co.id – Warung Pintar dan BukuWarung hari ini mengumumkan kolaborasi untuk menciptakan ekosistem kolaboratif solusi yang berfokus pada digitalisasi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merupakan sektor perekonomian terpenting di Indonesia.
Kedua startup lokal Indonesia akan bekerja sama untuk mengembangkan solusi digital yang dapat mengakomodasi kebutuhan spesifik UMKM domestik, atau warung, dimulai dengan fasilitas pembukuan dan pemenuhan stok digital.
Didorong oleh kebutuhan untuk memberdayakan sektor UMKM, pemerintah Indonesia menargetkan untuk membantu 10 juta UMKM melakukan transformasi digital pada akhir tahun 2020.
Untuk lebih mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing UMKM Indonesia – terutama dengan kondisi negara yang sekarang dalam fase pemulihan ekonomi – Warung Pintar dan BukuWarung bekerja sama untuk membantu mengisi kesenjangan digitalisasi yang belum terpenuhi dan masih terus dihadapi UMKM Indonesia.
Masa pandemi Covid-19 telah mempercepat kebutuhan akan adopsi teknologi secara nasional, mendorong lebih banyak UMKM untuk mengembangkan bisnisnya secara online. Pengumuman ini tepat waktu, karena UMKM telah mengembangkan minat yang meningkat terhadap solusi bisnis digital onboard, terutama dengan pembayaran, karena transaksi tunai membawa risiko penyebaran virus.
Kolaborasi ini juga akan meningkatkan akses end-to-end untuk 60 juta UMKM Indonesia yang ingin memulai adopsi digital di tengah perkembangan ekonomi digital Indonesia, yang diperkirakan akan mencapai US$ 150 miliar pada tahun 2025.
Nantinya pemilik toko yang terdaftar di BukuWarung akan mendapatkan keuntungan dari kapabilitas rantai pasok yang kuat di Warung Pintar, sehingga mempermudah pemenuhan barang dengan harga grosir yang kompetitif serta pengiriman barang yang tepat waktu.
Sementara itu, pedagang yang terdaftar di Warung Pintar akan mendapatkan pemberitaan tentang solusi pembukuan digital BukuWarung, yang telah disesuaikan secara khusus dengan pengalaman pengguna pemilik UMKM yang menggunakan entry-level smartphone dan juga tidak memiliki akses ke data internet yang berkualitas.