Ilustrasi pelaku usaha kuliner. (Foto: Pixabay)

Jakarta, MNEWS.co.id – Fenomena melonjaknya varian delta yang melanda Indonesia sejak awal Maret 2021, membuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kembali menjerit. Pergerakan dagang yang semakin sempit memaksa mereka memutar otak untuk bertahan di situasi sulit, apalagi semenjak adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Salah seorang pelaku UMKM kuliner asal Tangerang Nenden Pratiwi, merasakan betul bagaimana PPKM mempengaruhi penjualan gerobak kuliner miliknya yang bernama Dapur Mamayon. Menu andalan Dapur Mamayon adalah ceker mercon dan cumi bakar.

Biasanya, omzet penjualan ceker mercon dan cumi bakar mencapai Rp600 ribu per hari, yang hasilnya dibagi untuk membeli kembali bahan baku, membayar gaji karyawan, serta biaya operasional.

Namun, sejak PPKM diberlakukan, pendapatan Dapur Mamayon dari penjualan kedua kudapan itu hanya mencapai Rp150 ribu per hari. Nenden akhirnya memutuskan untuk berhenti menjual salah satu produk andalannya itu.

Hal itu tidak membuat dirinya patah semangat. Sejak awal mendirikan usaha, Nenden terus berinovasi untuk menciptakan produk lain salah satunya yaitu produk susu jahe merah. Sebelum pandemi, produk susu jahe merah Dapur Mamayon dijajakan dengan 10 gerobak yang tersebar di beberapa lokasi di Tangerang.

Semakin lama pandemi terjadi, gerobak susu jahe merah semakin sedikit yang beroperasi. Hingga akhirnya menjelang PPKM, hanya tinggal dua gerobak yang masih berjualan. Tak disangka, penjualan susu jahe merah di masa PPKM justru melejit, terlebih ketika Tangerang kembali masuk zona merah.

Nenden mengatakan permintaan produk rempah justru sedang bagus-bagusnya. Akhirnya, Ia kembali mengoperasikan lima gerobak lainnya, sehingga saat ini terdapat tujuh gerobak susu jahe merah yang mendatangkan cuan.

Diversifikasi produk menjadi salah satu andalannya, untuk mampu bertahan di tengah situasi yang penuh dengan keterbatasan. Jika satu produk tengah mengalami penurunan penjualan, maka produk yang lain bisa mendongkrak pendapatan.

Selain itu, Nenden juga mengedepankan promosi dan marketing melalui berbagai platform digital, seperti media sosial Instagram, TikTok, dan WhatsApp. Ia kerap membagikan foto produk dagangannya untuk menarik para calon pembeli.

Kendati demikian, Nenden berharap agar situasi semakin membaik dengan menurunnya jumlah kasus Covid-19 di Indonesia. Dengan demikian, PPKM tak lagi diberlakukan dan Indonesia dapat kembali bangkit dari keterpurukan akibat pandemi.

Hal yang sama juga dilakukan oleh pelaku usaha tekstil bernama Okativa D Pratiwi selaku pemilik Hendjico Production. Usaha tekstil yang dijalankan Okativa terpaksa harus mengubah model bisnis miliknya sejak PPKM mulai diberlakukan.

Biasanya Hendjico Production mengerjakan pesanan seragam sekolah, atau seragam untuk buruh pabrik. Untuk itu, Okativa sendiri yang mencari bahan, membuat pola, hingga menjahit sampai produk tersebut siap dikirim dan digunakan.

Menurutnya, PPKM membuatnya kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kain yang dibutuhkan dari distributor kain terbesar yang ada di Jakarta dan Bandung, di mana kebanyakan dari mereka menutup toko dan mengurangi pesanan.

Untuk itu saat ini Hendjico Production menerima jasa jahit untuk mereka yang ingin membuka usaha fesyen. Dengan demikian, bahan baku kain dikirim dari konsumen, sementara Hendjico hanya membuat pola dan menjahitnya.

Model bisnis tersebut kini menjadi 60 persen dari pemasukan usahanya. Okativa  mengaku legowo menjalankan model bisnis barunya itu, meskipun Ia harus kehilangan banyak keuntungan dari membeli bahan sendiri. Dengan demikian, Hendjico masih dapat bertahan dan hidup hingga tidak perlu mengurangi jumlah pekerjanya.

Ia pun gencar melakukan lobi dan pendekatan ke perusahaan-perusahaan yang masih diperbolehkan beroperasi di tengah PPKM Darurat. Ia juga menggenjot promosi lewat media sosial dan pasar daring. Menurutnya, strategi tersebut terbukti efektif karena mayoritas pesanan datang dari luar Jawa, seperti Kalimantan dan Sulawesi. Konsumen di Kalimantan biasanya mengirim bahan lewat kargo untuk kemudian dijahit dan hasilnya dikirim kembali dengan cara yang sama.

Selain semakin menempa mental berbisnisnya, Okativa juga semakin mengasah kemampuan usahanya di situasi yang serba terbatas ini. Ia berharap masa pandemi segera berlalu, sehingga para pelaku usaha, khususnya UMKM dapat kembali memiliki ruang gerak luas untuk mencari rezeki.

Dapur Mamayon dan Hendjico menjadi contoh UMKM yang dapat terus berdiri di tengah PPKM. Tidak hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah, dengan kemauan keras dan inovasi, dua UMKM itu terbukti mampu mengandalkan kemampuan diri untuk terus berjalan hingga suatu hari dapat berlari kembali.