Ilustrasi Fesyen Tas Wanita. (Foto: Ist)

Jakarta, MNEWS.co.id – Produk kriya adalah salah satu komoditas unggulan sektor usaha ekonomi kreatif Indonesia. Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), komoditas kriya menempati urutan ketiga pada industri ekonomi kreatif dengan kontribusi sebesar 15,7%. Tak heran jika sektor ini masih menjadi unggulan, selain fesyen dan kuliner, untuk ekspor industri ekonomi kreatif.

Berbekal kreativitas dan kemampuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas, menjadikan produk kriya Indonesia sebagai peluang usaha dengan potensi yang cukup besar, ditambah dengan peminat pasar yang tidak hanya di dalam negeri.

Seperti kisah dari pelaku UMKM kriya asal Depok, Jawa Barat yang satu ini. Berawal dari hobi membuat kerajinan tangan, Yellia Fatma berhasil merintis sebuah bisnis rumahan bernama Emma Little Things. Hobi tersebut berawal ketika Yellia mengikuti simposium “Women For The World” dan terinspirasi untuk membuat produk kriya lokal yang dapat dikenal hingga ke mancanegara.

Akhirnya pada Januari 2016, Yellia membangun bisnis kerajinan tangan tas wanita. Sebelumya pada tahun 2009, Ia pernah membuat tas wanita untuk temannya dengan hasil yang cukup bagus. Ketika memutuskan untuk memulai usaha di tahun 2016, Yellia kembali menghubungi tukang jahit yang pernah membuat tas tersebut untuk bekerja sama.

Produk Tas Emma Little Things. (Foto: dok. Emma Little Things)

Produk Emma Little Things menggunakan bahan kulit sintetis dengan kualitas premium sehingga tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan. Emma Little Things memproduksi berbagai kerajinan mulai dari tas pesta, dompet, tote bag, dan beberapa produk lainnya.

Di tahun 2018, Yellia memberanikan diri untuk membuat sebuah tempat workshop di Depok dengan mempekerjakan 6 orang karyawan di bidang produksi dan kontrol. Namun sayangnya, pada awal pandemi Yellia terpaksa menutup tempat produksi karena pemberlakuan kebijakan PSBB dari Pemerintah.

Pada bulan Juli 2020, Yellia kembali menghubungi karyawan yang sempat Ia rumahkan untuk kembali bekerja membuat produk Emma Little Things. Hingga saat ini, satu karyawannya memiliki kemampuan rata-rata produksi untuk menghasilkan sebanyak empat hingga 6 tas per hari, tergantung tingkat kerumitan dan desain.

Strategi pemasaran yang dilakukan oleh Yellia di awal usaha adalah dengan menjual produknya melalu kegiatan pameran dagang (expo) dan mengikuti pameran di beberapa kantor. Salah satunya pada tahun 2016, ketika Yellia berhasil mengikuti undangan Expo ke Korea Selatan ‘Women Economic International Forum’ (WIEF) melalui organisasi Ikatan Kartini Profesional Indonesia (IKAPRI).

Pada masa pandemi, Yellia mengakui banyak mengalami perubahan mulai dari penjualan hingga pemesanan produk. Terlebih tas bukanlah sebuah kebutuhan utama yang dicari oleh konsumen. Hingga akhirnya, Ia melakukan strategi diversifikasi produk dengan membuat tempat tumbler dengan menyasar target pasar pada komunitas pesepeda. Ia juga memproduksi topi, masker, hingga tas berkebun. Saat ini semua produk Emma Little Things dijual secara online melalui media sosial dan marketplace.

Dengan strategi penjualan online serta melakukan diversifikasi produk, Yellia berharap dapat mewujudkan harapannya untuk bisa menjadi salah eksportir produk kriya Indonesia sehingga Emma Little Things dapat memperluas pasar serta menambah calon konsumen.