Surabaya, MNEWS.co.id – Kamar dagang dan Industri (Kadin) Jatim mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mengembangkan usahanya dengan menerapkan empat poin konsistensi sehingga dapat kuasai pasar ekspor
Ketua Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan empat poin konsistensi itu tujuannya agar UMKM mampu menguasai pasar ekspor. “Ini yang harus dijaga, empat poin konsisten juga sedang dilakukan Kadin Jatim bersama Kadin Kabupatan dan Kota dalam melakukan pendampingan UMKM,” katanya.
Adik menjelaskan pelaku UMKM harus benar-benar fokus konsisten dalam kualitas produksi, karena masih banyak UMKM yang kualitasnya tidak stabil.
Sementara konsisten dalam hal kuantitas juga diperlukan agar tidak menggangu kontrak yang telah dibuat dengan pembeli luar negeri, karena kadang UMKM sekali waktu bisa memproduksi banyak tetapi sekali waktu tidak.
Ia mengatakan Kadin Jatim juga telah membentuk tim untuk memberikan pelatihan kepada UMKM bagaimana memanfaatkan teknologi digital dalam hal pemasaran.
“UMKM juga harus bisa memanfaatkan jaringan internasional yang dimiliki Indonesia di luar negeri, seperti konsul dagang, diaspora dan Kadin Jatim Representative Office. Selain itu juga ada jaringan The Indonesian Trade Promotion Centre (ITPC), yaitu organisasi nirlaba milik pemerintah di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Indonesia,” ungkapnya.
Sementara itu Suryana, Kepala Bea Cukai Kediri mengatakan memang tidak semua pelaku UMKM mengerti tentang pasar ekspor.
Menurutnya, UMKM hingga kini masih terbagi dalam tiga kluster. Kluster pertama adalah UMKM yang sudah melakukan ekspor tetapi belum manfaatkan fasilitas fiskal, kedua UMKM yang mempunyai potensi ekspor tetapi pemahaman tentang ekspor masih minim.
“Mereka masih berpikiran jika ekspor itu harus dengan volume besar. Padahal tidak. Untuk itu, kami mencoba dengan memanfaatkan jasa titipan Kantor Pos untuk konsolidasi barang dari Kediri,” ungkapnya.
Kluster ketiga adalah UMKM yang telah melakukan ekspor dalam volume kecil-kecil tetapi jika dikumpulkan bisa menjadi barang ekspor dengan skala besar dan bisa menjadi satu penekanan konsistensi produk.
Ia juga mengakui, sejauh ini UMKM belum ada yang menggunakan dan memanfaatkan fiskal, misalkan tentang relaksasi ijin impor bahan baku bagi UMKM. “Ini juga menjadi tugas kita bagaimana memberikan pemahaman kepada mereka bahwa pasar sudah sangat terbuka, fasilitas juga sangat terbuka. Kalau warga karisidenan Kediri hanya jadi penonton, maka kita tidak akan bisa menang di rumah sendiri, tetapi justru menjadi tamu di rumah sendiri,” kata Suryana.