Jakarta, MNEWS.co.id – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan Indonesia perlu menciptakan sinergi berkesinambungan antara pemerintah, asosiasi hingga perancang busana yang kreatif dan inovatif guna menggerakkan industri busana muslim yang berorientasi ke pasar internasional. Indonesia seharusnya dapat menjadi pemain utama industri fesyen muslim dunia karena memiliki keanekaragaman produk.
Sandiaga melalui talkshow “Road to Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 8th 2021” menjelaskan bahwa industri busana Muslim Indonesia berkontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara yang mengembangkan fashion Muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab dan Turki.
“Oleh sebab itu, kita harus menciptakan ekosistem yang solid dan membangun sinergi yang berkesinambungan di pasar fesyen muslim ini,” katanya dikutip dari siaran pers Kemenparekraf.
Sandiaga menambahkan industri fesyen muslim masyarakat Indonesia mayoritas masih menjadi konsumen atau pasar lokal. Saat ini Indonesia duduk di urutan ketiga dalam hal konsumsi baju muslim, mengikuti Turki dan Uni Emirat Arab. Menurutnya, sudah banyak pengusaha baju muslim, tetapi belum banyak ekosistem yang terbangun.
“Kemenparekraf memiliki berbagai program untuk memberdayakan calon wirausaha, seperti ‘Inkubasi Online Digital Entrepreneurship 2.0’. Selain itu, kami juga akan terus membuka peluang bagi para pelaku ekonomi kreatif agar dapat bersaing dengan para pelaku usaha di tingkat global,” tambahnya.
Berdasarkan data State Global Islamic Economy Report 2020/2021 yang baru saja dirilis, dilaporkan bahwa konsumsi fesyen muslim dunia pada 2019 mencapai 277 miliar dolar AS. Untuk itu, Indonesia seharusnya dapat menjadi pemain utama industri fesyen muslim dunia karena memiliki keanekaragaman produk, keberadaan komunitas busana, serta asosiasi busana muslim yang tersebar di berbagai daerah. Inovasi dan kreativitas pelaku industri menjadi kunci dalam melakukan upaya akselerasi pengembangan industri akan dapat memenangkan potensi pasar global.
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kemendag, Hari Widodo mengatakan bahwa peluang pasar untuk produk fesyen muslim Indonesia masih besar, namun perlu terus digali dan digarap dengan lebih maksimal lagi.
“Diperlukan fokus dan konsistensi jika ingin memasarkan produk Indonesia ke pasar global; misalnya fokus pada permintaan negara tujuan ekspor,” katanya.
Ia menambahkan bahwa ekspor fashion tidak hanya guna menambah nilai devisa semata, namun juga perlu memberikan added value atau nilai tambah pada produk fashion Indonesia di mata dunia.
Sementara itu Jenahara Nasution, pemilik Brand Fashion Jenahara menjelaskan dibandingkan 10 tahun yang lalu saat merintis brand fesyen, kondisi saat ini sudah jauh lebih mudah karena industrinya semakin berkembang dan kian banyak orang yang merasa percaya diri menggunakan fashion Muslim untuk bekerja.
“Dalam transformasi industri ini, brand harus bisa survive dan stay relevant dengan situasi pasar. Sebagai contoh, saya biasa membuat pakaian untuk office look. Dengan adanya pandemi, saya harus beradaptasi dengan membuat desain pakaian yang nyaman dan tetap stylish untuk digunakan di rumah,” kata Jenahara.
Sedangkan Co-Founder Markamarie, Franka Soeria berpendapat, untuk mengembangkan fashion Muslim di Indonesia, perlu membuat inovasi desain yang modern dan universal. “Selain itu, menjadi sangat penting untuk menciptakan ekosistem yang solid di industri ini dengan azas kolaborasi. Semuanya itu dikemas dalam balutan story telling yang tepat,” pungkasnya.