Ilustrasi Teknologi Digital. (Foto: Sakashtech)

MNEWS.co.id – Inovasi dan teknologi dianggap sebagai fondasi penting untuk menciptakan ekonomi baru yang lebih dinamis dan berdaya saing di tingkat global.

Indonesia, dengan potensi ekonomi yang besar, perlu terus mendorong lahirnya lebih banyak entrepreneur yang memiliki semangat inovasi dan keberanian untuk mengadopsi teknologi.

Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menekankan Indonesia perlu melahirkan lebih banyak entrepreneur dan mewujudkan ekonomi baru melalui pendekatan inkubasi berbasis inovasi dan teknologi untuk menghasilkan produk baru yang kompetitif. 

“Di negara maju seperti Jepang dan Korsel, UMKM menjadi bagian dari ‘Supply Chain Industry’ atau rantai pasok industri,” kata Teten Masduki dikutip MNEWS.co.id dari keterangan pers Kemenkop UKM.

Teten pun mengajak asosiasi-asosiasi dalam pengembangan UMKM mulai melirik penggunaan inovasi dan teknologi. Karena untuk melahirkan entrepreneur baru, maka harus didukung dengan kompetensi inovasi dan teknologi. 

“Ini yang kita harus bangun. Ini yang sedang kita pelajari di berbagai negara tentang startup. Dari situ saya punya catatan, kita tidak memiliki ekosistem yang cukup untuk mengembangkan startup berbasis inovasi dan teknologi. Kita belum memiliki itu, karena harus menghubungkan riset dari BRIN dan perguruan tinggi, serta pembiayaan,” kata Teten. 

Sebab, lanjut Teten, UMKM tidak mungkin ada lompatan teknologi kalau tidak tergabung dalam industri (rantai pasok). 

“Yang ideal, bagaimana UMKM sebagian besar harus menjadi bagian dari rantai pasok industri. Industri maju UMKM-nya juga ikut maju,” kata Teten.

Menurut Teten, Indonesia memiliki potensi menjadi negara maju dengan minimum pendapatan perkapita 13.000 dolar AS. Jika tidak ada perubahan, tidak mungkin bisa mencapai pendapatan itu untuk menuju 2045. 

“Yang kita butuhkan adalah bagaimana kita ada lompatan untuk ke arah sana,” kata Teten. 

Oleh karena itu, Teten berharap muncul entrepreneur baru yang terdidik dari kampus. 

“Kita perlu pendekatan entrepreneur seperti ini, tidak bisa hanya pelatihan-pelatihan sepintas. Kita harus pilih telur yang bagus untuk dierami dan dibesarkan,” kata Teten.

Dan untuk mengembangkan lembaga inkubator di kampus, Teten ingin agar hal ini ditekankan oleh kampus-kampus. 

“Survei kami menyebutkan, 72 persen mahasiswa ingin menjadi entrepreneur. Ini sedang didiskusikan untuk dikembangkan bersama para rektor perguruan tinggi,” kata Teten.

Lebih dari itu, Teten menekankan investasi asing harus bermitra dengan UMKM. Perusahaan besar mencari startup yang bisa bekerja sama dengan mereka, bukan mengambil alih yang kecil. 

Terkait digitalisasi, Teten mengatakan akan terus mendorong upaya UMKM go digital. 

“Jangan, mereka hanya jualan saja. Hanya payment saja, tidak menggunakan IoT di hulu. Jadi, tidak melahirkan ekonomi baru,” kata Teten.

Lebih dari itu, Teten juga terus mendorong digital ekonomi agar tidak dikuasai platform global. 

“Digital ekonomi kita harapkan tidak hanya berjualan di e-commerce, tapi juga meningkatkan penggunaan aplikasi digital untuk mengagresi usaha kecil,” ucap Teten.

Teten menyampaikan, di KemenKopUKM, ada program Entrepreneur Hub yang akan bekerja sama dengan Korsel, Jepang, dan Belanda. 

“Ada 500 startup yang docking di kami, kita inkubasi untuk lebih ke hulu agribisnis dan aquaculture,” kata Teten.