Jakarta, MNEWS.co.id – Tempe merupakan produk makanan hasil dari fermentasi kedelai yang telah menjadi hidangan umum bagi masyarakat Indonesia. Tempe bisa diolah dengan berbagai rasa dan jenis makanan, mulai dari tempe goreng klasik, tempe penyet, mendoan, hingga diolah menjadi kudapan berupa keripik.
Saat ini, tempe tidak hanya dikonsumsi di Indonesia saja. Makanan rakyat khas Indonesia ini ternyata sudah mendunia. Dengan kandungan protein, rasa yang enak, dan tekstur yang unik membuat tempe semakin mendapat tempat terutama pada kalangan vegetarian di luar negeri.
Tren pola hidup sehat turut membuat permintaan makanan ringan enak dan sehat seperti keripik tempe mengalami peningkatan dan menjadi celah pasar untuk memulai usaha.
Dengan memanfaatkan celah pasar dan karena terinspirasi oleh sang Ibu, Billy Bachtiar pelaku UMKM asal kota Kediri, Jawa Timur, memutuskan untuk terjun membangun usaha keripik tempe bernama Pakuaty sejak tahun 2015 hingga kini.
Produk keripik tempe Pakuaty memiliki daya saing tinggi serta diproduksi dengan standar GMP (Good Manufacturing Practice). Billy menjelaskan, saat ini belum ada keripik tempe yang menggunakan standar tersebut, sehingga bisa menjadikan nilai tambah dan kepercayaan konsumen terhadap produknya. Ke depannya produk Pakuaty hanya akan memproduksi keripik tempe dengan jenis kedelai non-GMO (non-Genetically Modified Organism) dan tanpa menggunakan MSG.

Sementara untuk keamanan produk, dalam proses produksi terdapat sistem dan mekanisme terstandardisasi yang mengatur mulai dari pemesanan, pengecekan kualitas bahan baku yang datang, ruang penyimpanan yang higienis, dan bagaimana bahan tersebut disimpan. Hal ini juga terkait dengan jaminan kehalalan produk mulai dari bahan baku. Billy menambahkan saat ini produknya sedang dalam proses sertifikasi BPOM, Halal, HACCP dan SNI.
Sejak awal merintis usaha ini, Ia mengakui lebih memilih untuk memproduksi dengan sistem dan mekanisme berstandar tinggi dengan effort yang lebih besar. Mulai dari mengurus berbagai sertifikasi dan di saat yang sama membuat inovasi produk beserta konsep-konsep kreatif lain membutuhkan energi dan biaya yang cukup besar. Billy mengatakan jika Ia sangat menikmati segala proses yang dilaluinya dalam membangun dan selalu berorientasi pada solusi dan hasil.
Billy mengakui jika masa pandemi menyebabkan penurunan penjualan secara umum dan Ia pun kesulitan mendapatkan bahan baku yang turut berimbas pada menurunnya jumlah produksi. Jeda penurunan produksi ini dimanfaatkan Billy untuk meng-upgrade sistem dan mekanisme produksi serta merenovasi tempat produksi sesuai dengan beberapa sertifikasi.
Tidak hanya itu, Billy juga mengalihkan penjualan yang biasanya dilakukan secara offline menjadi online melalui media sosial Instagram hingga marketplace.
Sebelum memasuki masa pandemi, produk keripik tempe Pakuaty berhasil diekspor ke pasar Amerika sejak tahun 2017. Berawal dari perkenalan Billy dengan warga Amerika yang mencicipi produknya, kemudian sang warga Amerika mulai berminat untuk menjadi buyer dan mengimpornya. Setelah melalui masa test pasar di Amerika selama beberapa bulan, proses negosiasi, metode pengiriman dan metode pembayaran disepakati, akhirnya proses eksport keripik tempe produksi Billy ke Amerika dimulai.
Kini dengan berbagai persiapan yang lebih matang Billy mulai berencana untuk mengembangkan eksportnya ke beberapa negara seperti Rusia, Belanda dan Dubai.
Editor: Regina Mone