Jakarta, MNEWS.co.id – Gula semut merupakan salah satu komoditas strategis nasional dengan peluang usaha yang menjanjikan. Hal ini tak lepas dari menggeliatnya permintaan baik lokal maupun internasional.
Tidak seperti gula cetak pada umumnya, tekstur serbuk pada gula semut membuatnya dapat bertahan lama hingga mencapai dua tahun tanpa mengalami perubahan warna dan rasa jika disimpan dalam wadah kedap udara.
Dijah Kesumahastuti merupakan salah satu pelaku UMKM yang turut menggeluti usaha gula semut dengan produknya Al Abror. Usaha yang digelutinya ini sudah berjalan selama lima tahun sejak 2015.
Dijah mengatakan, produk gula semut tersebut merupakan milik kerabat sang suami yang ingin produknya dipasarkan lebih luas lagi. Akhirnya, Ia pun membantu dan mencoba pasarkan secara online serta mengurus segala perizinan dan legalitasnya.
Salah satu alasan Dijah menekuni usaha gula semut karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Terlebih saat ini di mancanegara pemakaian gula semut atau yang dikenal palm sugar cukup tinggi. Sehingga masyarakat sudah aware dengan pemakaian gula semut dibandingkan gula pasir untuk pola hidup sehat.
Produk gula semut tersebut Dijah dapatkan dari para petani pondok pesantren di Banyumas, Jawa Tengah milik kerabat sang suami. Saat ini, Dijah sudah sudah bekerja sama dengan tiga petani dan pihaknya menjadi pemasok bahan baku gula semut ke beberapa pelaku industri pangan di Jabotabek dan Bandung.
Bahan baku yang digunakan merupakan produk lokal dan diproduksi di Banyumas dengan jumlah rata-rata sehari 100 kg gula semut. Selain itu, untuk memastikan keamanan dan kualitas produk, Dijah sangat menjaga performa kerja yang baik dari para petani dan cara pengolahan yang sudah teruji.
Keunikan dari produk gula Al Abror adalah aroma karamel dari produk yang akan tercium saat kemasannya dibuka. Hal itu karena proses pengolahan makanan masih menggunakan tungku kayu bakar dalam produksinya. “Jadi ada kenangan masakan tempo dulu dalam produk tersebut,” katanya.
Dijah mengatakan, pandemi membuat usahanya mengalami penurunan yang sangat drastis. Hal ini disebabkan karena jaringan pemasaran yang belum luas serta tingkat kesadaran masyarakat yang masih kecil terhadap pemakaian gula semut.
Untuk mengatasi hal tersebut strategi yang dilakukan Dijah adalah mengedukasi masyarakat dan meningkatkan product awareness dari Al Abror dengan memanfaatkan jasa endorse food blogger. Strategi ini dilakukannya untuk membuka peluang digital dan karena produknya masih belum banyak diketahui oleh pasar.
Sementara untuk pemasaran produk, Dijah melakukannya secara online melalui Facebook, Instagram, Google My Business, dan memanfaatkan platform e-commerce yang ada.
Editor: Regina Mone