Sebanyak 16 UMKM Jakarta turut berpartisipasi dalam Rolling Exhibition di World Expo 2020 Dubai dengan memamerkan 77 produk unggulan dari sektor usaha fesyen, aksesoris, home decor, dan kuliner. (Foto: Instagram.com/jakpreneur)

MNEWS.co.id – Ekonomi global di tahun 2023 diperkirakan akan melambat akibat ketegangan situasi politik dan inflasi. Menanggapi kondisi tersebut, Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki menyampaikan bahwa ekonomi Indonesia masih tumbuh cukup baik.

“Kondisi ekonomi Indonesia cukup baik, tapi, ekonomi dunia tahun 2023 diperkirakan melambat karena adanya tensi politik dan inflasi, namun IMF memprediksi ekonomi Indonesia tetap tumbuh sebesar 4,97 persen,” kata Teten di Jakarta, Kamis (24/11/2022) dikutip MNEWS.co.id dari kompas.com.

Ekonomi Indonesia pada kuartal III-2022 tumbuh 5,72 persen YoY meningkat jauh dibandingkan mitra dagang utama Indonesia, yaitu China 3,9 persen, dan Amerika Serikat 1,8 persen. Menurut Teten, hal tersebut tidak lepas dari peran UMKM.

“Kita harus tetap waspada, kebijakan ke depan adalah menjaga daya beli masyarakat dan memperkuat UMKM dalam struktur ekonomi. Tantangan Indonesia ke depan adalah meningkatkan peran UMKM dalam rantai nilai global,” ujar Teten.

Untuk mendorong UMKM, beberapa upaya yang telah dilakukan mencakup sinergi antar kementerian dan lembaga. Di Kementerian BUMN misalnya, mendorong Padi BUMN, di mana transaksi BUMN mencapai Rp22 triliun sepanjang tahun ini.

Tak hanya Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Investasi juga berkolaborasi melaksanakan business matching lanjutan.

“Saya apresiasi 17 BUMN serta Gramedia dan LULU yang hadir di sini, untuk membuka peluang bagi UKM dan Koperasi masuk dalam kemitraan rantai pasok,” ungkap Teten.

Dalam kesempatan tersebut, Teten mengatakan bahwa keterlibatan sektor UMKM Indonesia dalam rantai nilai global sangat rendah dibandingkan negara-negara ASEAN sebesar 4,1 persen, jauh di banding negara-negara lain yaitu Vietnam 20 persen dan Malaysia 46,2 persen.

“Baru 7 persen UMK yang bermitra dengan usaha besar, tantangannya tingginya biaya logistic inbound dan outbund, serta rendahnya daya saing, Ease of doing business (EODB) Indonesia yang berada pada peringat 73,” jelasnya.

Teten menekankan, bahwa UMKM perlu diberi kesempatan untuk membuat produk baru yang sesuai spesifikasi BUMN dan Usaha Besar. Kesempatan tersebut, seperti pembinaan UMKM dan bantuan uji coba membuat prototype oleh K/L teknis dan perguruan tinggi.

Kemudian, Teten juga menekankan pentingnya pendampingan sertifikasi, pembiayaan dan desain produk. Sebagai contoh, pendampingan sertifikasi untuk produk seperti alat olahraga (bekerjasama dengan KONI).

“Hubungan kemitraan kedepan dapat membentuk ekosistem hexahelix rantai pasok yaitu pemerintah, perguruan tinggi, pengusaha, komunitas, media, dan perbankan,” tegas Teten.