Jakarta, MNEWS.co.id – Virus Corona atau Covid-19 berdampak kepada perekonomian negara. Ketika banyak pelaku usaha besar yang merasakan dampak dari Corona, bayangkan bagaimana dampak yang harus dihadapi oleh para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Saat ini sudah banyak pelaku UMKM yang terkena dampak bahkan menjadi salah satu sektor paling rentan kena hantamannya.
Sektor food and beverage (F&B) merupakan salah satu sektor usaha yang langsung merasakan dampak dari imbauan agar masyarakat mengurangi kegiatan di tempat-tempat keramaian.
Pemerintah menginstruksikan masyarakat untuk melakukan social distancing dengan bekerja dan belajar dari rumah, selama masa darurat COVID-19 setidaknya sampai 29 Mei 2020. Hal tersebut berdasarkan keputusan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang tertera dalam Surat Keputusan BNPB Nomor 13.A Tahun 2020 yang ditandatangani Kepala BNPB Doni Monardo pada (29/2/20).
Sri Sundari, pelaku UMKM dengan usaha kuliner “Lemon King” menjelaskan bahwa saat ini Ia terpaksa menghentikan aktivitas produksinya akibat terkena dampak COVID-19. Ia menjelaskan hal tersebut dilakukan demi menjaga keamanan karyawan, rekan bisnis, dan juga produksi sesuai dengan kebijakan pemerintah.
“Sebenarnya untuk bahan baku tidak ada masalah, namun untuk terus berproduksi kami harus bolak-balik ke supplier botol terus ke pasar. Jika hal tersebut dilakukan akan beresiko besar terkena penularan COVID-19 baik terhadap saya ataupun pihak lainnya,” ungkapnya.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Ningsih, pelaku UMKM asal Jakarta dengan produk minuman khas Betawi bir pletok “Bang Isra”. Saat ini penjualan usahanya mengalami penurunan yang sangat signifikan, selain itu kenaikan bahan baku produksi juga menjadi faktor penghambatnya.
“Sejak adanya virus Corona usaha saya sangat terdampak dan berpengaruh sekali. Biasanya dalam sehari pemesanan melalui GoFood dan Grab Food itu lumayan banyak, tapi kalau sekarang sedikit banget yang order. Bahkan sehari orderan suka nggak ada, begitu pula dengan reseller hanya sedikit sekali yang pesan beda dari biasanya,” kata Ningsih.
Sementara itu, Lily Nuryah, pelaku UMKM kuliner makanan ringan dengan jenama “Bunly” asal Makassar terpaksa mengurangi produksinya karena harga kacang bawang dan mete menjadi sangat mahal. Selain itu, penurunan omzet pun juga terpengaruh sangat besar yakni hingga 50% dari biasanya.
“Karena harga bahan baku makin mahal, penurunan produksi yang sedikit, menyebabkan omzet menurun drastis dari biasanya. Untuk mengatasinya ya sekarang saya manfaatin promosi penjualan dengan memberi diskon dan media online,” katanya.
Pemasaran melalui media sosial (medsos) kini dimanfaatkan pelaku UMKM untuk meningkatkan kinerja penjualan produknya, mulai dari media Instagram, e-commerce, WhatsApp Business, dan berbagai platform lainnya.
Di masa seperti ini, pelaku UMKM dianjurkan untuk memperkuat keberadaan usahanya dalam ekosistem digital. Hal ini karena imbauan Pemerintah agar masyarakat tetap #dirumahaja untuk menekan laju penyebaran COVID-19.
Selain itu, dengan banyaknya perusahaan yang memberlakukan Work From Home bagi karyawannya serta didukung dengan imbauan #dirumahaja, membuat para konsumen akan lebih sering untuk berbelanja secara daring (online). Inilah peluang pasar yang harus dapat dimanfaatkan oleh para pelaku UMKM untuk bertahan di tengah pandemi COVID-19.