Pembukaan acara Info Franchise and Business Concept (IFBC) 2019 di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta, Jumat (22/11/19). (Foto : MNEWS)
Pembukaan acara Info Franchise and Business Concept (IFBC) 2019 di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta, Jumat (22/11/19). (Foto : MNEWS)

Jakarta, MNEWS.co.id – Ketua  Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar menyampaikan, industri waralaba Indonesia saat ini telah dikalahkan oleh Taiwan dan Korea Selatan yang tumbuh pesat dalam 10 tahun belakangan. Bahkan, tak hanya berkembang pesat di negeri mereka sendiri, franchise asal Taiwan dan Korea begitu getol melakukan ekspansi di pasar Indonesia.

“Saya geregetan pada pertumbuhan kita yang stagnan. Udah lama karena banyak pelakunya yang mau cepat jadi, mau cepat puas dan nggak ada dorongan dari pemerintah. Padahal negara lain seperti Taiwan dan Korea sangat mendorong,” ujar Anang dalam acara Info Franchise and Business Concept (IFBC) 2019 di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta, Jumat (22/11/19).

Berdasarkan data AFI, Anang menyampaikan saat ini terdapat 480-500 merek waralaba asing di Indonesia. Sementara di Indonesia sendiri, hanya 120 perusahaan yang mengembangkan bisnis waralaba. Meski di sisi lain, pola bisnis yang serupa dengan franchise, yaitu business opportunity (biz opps) tumbuh subur di Indonesia.

“Yang banyak itu business opportunity. Sekitar 2.000 business opportunity. Perlu diketahui bahwa franchise itu memang peluang bisnis, tapi tidak semua peluang bisnis bisa disebut sebagai sebuah franchise,” jelas Anang.

Ketua  Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar dalam acara Info Franchise and Business Concept (IFBC) 2019 di Kartika Expo Center, Balai Kartini, Jakarta, Jumat (22/11/19). (Foto: MNEWS)

Anang mengungkapkan, peraih Top Franchise dan Top BO Awards 2019, adalah merek-merek yang berhasil menjadi merek pilihan calon investor dan konsumen berdasarkan survei terkini.

Menurutnya, industri waralaba bakal tumbuh hingga 10 persen sampai akhir tahun. Namun demikian, hal tersebut juga perlu di antisipasi. Pasalnya, banyak pula bisnis-bisnis waralaba yang berguguran. Besaran persentase bisnis waralaba yang kinerjanya menurun pun berada di kisaran tersebut.

“Memang tumbuh 8 sampai 10 persen, tapi yang rontok juga segitu. Banyak. Jadi artinya tidak ada perkembangan,” kata Anang.

Di tempat yang sama, Ketua Kehormatan Asosiasi Waralaba Indonesia (AFI) Anang Sukandar memandang bisnis franchise kurang mendapat dukungan pemerintah secara langsung.

Umumnya mereka dikalahkan oleh Franchise asing dari seperti Jepang, Korea, dan negara lainnya. Meski tahun ini tumbuh pesat tahun tapi di tahun ini banyak juga merek yang berguguran.

“Iya, ini kurang mendapatkan dorongan dari pemerintah. Sementara negara lain seperti Taiwan dan Korea sangat mendukung negaranya. Tidak jauh-jauh Malaysia saja sangat didukung,” ujar Anang.

Dari pemilik usaha sendiri juga merasa cepat puas. Mereka banyak yang kurang inovatif, sehingga tidak siap menghadapi gempuran franchise dari luar. “Kondisi begini sudah lama. Banyak pelakunya juga yang mau cepat jadi, mau cepat puas,” katanya.