Jakarta, MNEWS.co.id – Perpaduan antara timur dan barat, itulah kesan yang didapat ketika menyaksikan Buffalo Boys, film debut Mike Wiluan sebagai seorang sutradara.
Buffalo Boys, sebuah film dengan genre action fantasy pada masa penjajahan Belanda di Pulau Jawa. Film ini mengisahkan tentang dua anak dari seorang Sultan yang ingin membalas dendam pembunuhan ayah mereka setelah bertahun-tahun diasingkan di Amerika Serikat pada era wild west.
Pria kelahiran Singapura, 42 tahun yang lalu ini menganalogikan film Buffalo Boys ibarat nasi goreng western, karena cita rasa percampuran yang khas dalam film yang Ia garap tersebut.
“This is nasi goreng western ya, percampuran. Kalau kita ke restoran namanya fusion food ada banyak perpaduan, yang penting rasanya harus bergabung. Kita harus mencari kebudayaan yang paling kuat, lokasi, pemain, dengan dialog yang kuat,” tandas Mike kepada MNEWS saat ditemui usai press conference peluncuran film Buffalo Boys di CGV Cinemas, Grand Indonesia, Jakarta pada Rabu (18/7/18).
Tidak hanya elemen universal yang kerap dijumpai pada film seperti cinta, Mike juga ingin menampilkan adanya ambivalensi antara balas dendam dan harapan yang bergejolak dalam diri karakter-karakter utama, dengan setting ala American frontier namun tetap tidak melupakan unsur lokal Nusantara.
Mike menggandeng artis Indonesia yang sudah tidak asing lagi di telinga, seperti Ario Bayu, Pevita Pearce, Yoshi Sudarso, Tio Pakusadewo, Mikha Tambayong, Happy Salma, Zack Lee, Hannah Al Rasyid, dan Alex Abad. Karakter yang solid, dialog yang kuat, serta aksi laga yang epik menjadi bahan bakar cerita dalam film ini.
Film yang ditulis oleh Mike Wiluan dan Rayya Makarim ini merupakan peranakan antara sejarah Indonesia dengan genre klasik Western, dan mendapatkan sambutan yang hangat oleh penonton saat pemutaran perdana di Fantasia Film Festival di Kanada serta New York Asian Film Festival.
“Kisah dengan latar belakang penjajahan Belanda di Indonesia ini mengingatkan kita, terutama para Millenials dan Generation Z, bagaimana sejarah kita penuh dengan tantangan dan ketidakadilan serta bagaimana kita sebagai rakyat bisa melawan,” kata Mike.
“Bagi saya, cerita yang menggabungkan dua kultur berbeda (Asia dan Barat) merupakan kesempatan yang unik untuk memperkenalkan suatu dunia baru yang penuh dengan opportunities untuk cerita lainnya,” tambahnya.
Tantangan terbesar bagi Mike adalah memikirkan unsur apa yang bisa diambil dari Indonesia dan mendorongnya menjadi sebuah hasil karya yang unik dan kreatif. Mike bertekad untuk membuat cerita yang unik dan tidak pernah puas untuk mencoba hal baru.
“Saya mau kasih cerita yang unik juga, yang belum pernah diproduksi di Indonesia. Kita coba terus, jangan sampai kita takut orang Indonesia tidak akan suka, berpikir tidak bisa mencoba konsep yang belum pernah ada. Kalau kita belum coba, kita belum akan tahu,” imbuhnya.
Dengan detail visual yang memukau serta desain set yang rumit, film ini menggambarkan warna, nada, dan tekstur dari periode kritis dalam sejarah Indonesia secara akurat bagi penonton di tingkat nasional dan global. Dengan pengambilan gambar yang dilakukan di berbagai lokasi di pulau Jawa dan studio rekaman Infinite Studio di Batam, film ini turut menampilkan keindahan alam Indonesia.
Film yang diproduksi oleh Screenplay Infinite Films, dengan Infinite Frameworks, Zhao Wei dan Bert Pictures, bekerja sama dengan Emerald Hill Capital PTE LTD, Go-Studio, Intra One Investmen Corp dan PT. Screenplay Produksi ini digarap oleh tim produksi dan para talenta kreatif yang berasal dari Singapura, Indonesia, Thailand, dan Australia.
“Kami berencana membuat lebih banyak lagi film tentang Indonesia untuk penonton tanah air dan juga khalayak internasional. Cerita-cerita kita sebenarnya bisa bersaing dengan film luar negeri, tapi perlu kerja keras untuk meningkatkan produksi dan kualitas karya-karya kita. Dengan dukungan penonton Indonesia, kita semua akan terus meningkatkan industri perfilman nasional!” tutup Mike Wiluan.
Film Buffalo Boys akan mulai tayang di seluruh bioskop tanah air mulai Kamis, 19 Juli 2018.